Pagi itu langit mendung, seolah bersiap menurunkan sesuatu yang bukan hujan, melainkan kenangan yang belum selesai dijelaskan.Nara dan Raydan berkendara ke arah selatan Jakarta, melewati kawasan yang dulunya berkembang dalam diam, tapi kini mulai dipenuhi gedung tinggi dan iklan properti besar. Namun mereka tidak menuju gedung-gedung itu. Mereka mengikuti rute lama, peta usang dari salah satu dokumen peninggalan Dirgantara Prasetya.“Blok G, Kelurahan Suryamulya,” kata Raydan sambil menunjuk sepotong denah. “Di sinilah proyek perumahan kecil itu pernah dimulai.”Setibanya di sana, mereka turun di depan gerbang besi yang catnya mengelupas. Di baliknya: puluhan rumah sederhana, satu taman kecil, dan pos RW kosong yang sudah reyot.Nara berjalan perlahan. Beberapa warga menyapa. Anak-anak bermain bola di lapangan kecil.Di salah satu rumah, seorang ibu tua sedang menyiram bunga. Ia memandangi mereka sejenak, lalu bertanya:“Kalian dari dinas?”Nara tersenyum. “Bukan, Bu. Kami hanya ingi
Terakhir Diperbarui : 2025-06-05 Baca selengkapnya