Arini berdiri terpaku di ambang pintu rumah itu, hatinya teriris tajam oleh ucapan Aslam yang baru saja menghancurkan seluruh pengorbanannya selama ini. Tangannya mengepal, matanya mulai berkaca-kaca, namun ia tetap berusaha tegar."Kalau begitu, aku akan pulang, Mas. Karena menurutmu barusan, aku sudah tak punya hak lagi di hidupmu," ucap Arini dengan suara bergetar. Ia melangkah keluar tanpa menoleh lagi, meninggalkan rumah Azura—dan semua kenangan pahitnya bersama Aslam."Mbak, tunggu!" teriak Azura dari dalam rumah. Ia segera berlari mengejar Arini, napasnya tersengal.Arini menghentikan langkahnya, berbalik perlahan. Wajahnya kini tampak dingin dan lelah. "Ada apa, Azura?" tanyanya datar, namun jelas suara itu menyimpan kepedihan.Azura menunduk, ragu, tapi tetap berusaha menyampaikan perasaannya. "Maafkan aku, Mbak... aku benar-benar nggak tahu kalau Mas Aslam sudah punya istri. Aku kira aku istri satu-satunya."Arini menatap Azura lama. Senyum tipis muncul di sudut bibirnya—buk
Huling Na-update : 2025-05-27 Magbasa pa