Di pagi harinya Aslam sudah siap dengan kemeja lengan panjang dan juga celana panjang hitam,tidak lupa dengan topi yang senada dengan dengan baju dan celannya. Dia keluar dari kamar sembari menyeret koper besar miliknya.Berjalan menuruni tangga untuk menghampiri anak dan istrinya.
"Umi," panggil Aslam kepada Arini yang saat ini sedang menyiapkan keperluan Aslam.
Arini yang mendengar panggilan dari suaminya mengangkat wajahnya menatap ke arahnya yang saat ini sedang berjalan.Dia melemparkan senyum kepada suaminya sebelum menjawab ucapan Suaminya. Meskipun dalam hatinya dia penasaran dengan koper besar yang di bawa Aslam, tapi Arini tetap diam dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.
"Iya Abi," jawabnya dengan lemah lembut.
Arini berjalan menghampiri Aslam yang saat ini sudah berada di ruang keluarga. Dia mengambil koper besar dari tangan Aslam menariknya menyimpan di ujung sofa bersama dengan yang lainnya yang slalu dia dia siapkan untuk Aslam. Aslam tersenyum kecut saat melihat Arini yang begitu perhatian kepadanya.
"Sayang, Abi akan berangkat setengah jam lagi." Aslam sengaja mengatakan seperti itu kepada Arini supaya Arini bersiap-siap.
Meskipun Aslam berat meninggalkan Arini tapi dia juga punya tugas yang sama kepada orang lain, sama seperti Arini. Aslam mencoba bersikap adil kepada Arini dan yang lainnya. Meskipun Arini tidak tahu apa-apa tapi lambat laun dia pasti akan mengetahuinya, bahkan setiap Aslam pergi dia selalu was-was dan rasa bersalah selalu menghantuinya.
"Kalau begitu aku panggilan dulu anak-anak ya Bi," kata Arini meminta izin kepada Aslam untuk pergi sebentar memanggil semua anak-anaknya.
Setiap Aslam akan pergi semua anggota keluarganya akan mengantarkan setidaknya sampai depan pintu rumah.Aslam tersenyum saat mendengar ucapan Arini, itulah yang dia suka dari Arini. Selalu menghargainya bagaimana pun kondisi nya.
"Iya sayang, silahkan," jawabnya.
Setelah mendapat izin dari Aslam Arini langsung saja pergi meninggalkan Aslam untuk memanggil ketiga anaknya. Mengetuk pintu kamar mereka masing-masing dan memberitahukan kalau mereka harus segera berkumpul di bawah. Tak lama dari itu semua orang sudah berada di lantai dasar bersama dengan Aslam.
"Naina, Namira, Naomi, Abi titip Umi kepada kalian ya, terutama kamu Naina, kamu harus bisa menjaga Umi sama adik-adik kamu di saat Abi pergi," kata Aslam kepada ketiga anaknya.
Semua anaknya menaggukan kepalanya dengan pelan mendengar setiap nasihat yang di ucapkan Aslam kepada mereka bertiga.Naina sebagai anak tertua harus bisa menjaga adik-adiknya juga uminya. Di sini dia mendapatkan amanat yang begitu besar dari abinya.
"Iya Abi, Naina akan menjaga Umi sama adik Naina, Abi juga di saja harus sehat dan jag diri baik-baik," jawab Naona sembari tersenyum menatap ke arah abinya.
Mendengar ucapan anaknya hati Aslam begitu tersentuh.Semakin merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya hati istri dan juga anak- anaknya jika mereka mengetahui rahasia Aslam yang dia sembunyikan rapat-rapat.
"Kalau begitu Abi berangkat dulu ya anak-anak," gumamnya berpamitan kepada Anak-anak nya.
Mereka bertiga langsung saja memeluk tubuh abinya dengan penuh kasih sayang menyaliminya dengan takjim. Sedangkan Arini dia adalah yang terakhir, memeluk tubuh Aslam dengan penuh kasih sayang. Dia juga mengantarkan Aslam sampai kedepan rumah, melihat Aslam pergi dengan membawa mobilnya sampai dia tidak terlihat lagi dari pandangannya.
"Mi, Abi berangkat dulu, jaga diri kamu dan anak-anak," kata Aslam saat dia akan naik kedalam mobilnya.
Namun sebelum itu dia memeluk tubuh istrinya dengan sangat erat seolah dia tidak akan pernah merasakan lagi pelukan hangat dari istrinya itu. Mengelus punggung istrinya dengan pelan. Tak lupa dia juga mencium kening dan pipi istrinya dengan lembut, melepaskan pelukannya dari tubuh istrinya, tersenyum menatap istrinya dengan lekat beberapa saat sampai dia benar-benar masuk kedalam mobil untuk segera berangkat.
"Iya Bi, jaga diri dan jaga hati Bi di sana, hati-hati di jalan," jawab Arini sembari melambaikan tangannya kepada Aslam saat dia mulai menjalankan mobilnya berjalan menjauh meninggalkan pekarangan rumah.
Setelah Aslam benar-benar pergi Arini langsung saja mengikuti mobil Aslam dengan mobil lain yang dia sewa dari orang lain." Maafkan aku Bi, tapi aku benar-benar penasaran semoga saja apa yang kau pikirkan itu salah."
Arini langsung saja masuk kedalam mobil untuk mengikuti mobil Aslam di belakangnya.Namun, sebelum itu dia berpesan kepada Anak-anak nya untuk segera berangkat sekolah di antar oleh Naina, kakak tertua mereka. Setelah dia memastikan anaknya benar-benar telah sampai di sekolah dengan selamat dia langsung saja menyusul Aslan ketempat acara jadwal hari ini untung saja kemarin dia sempat melihat jadwal kajian Aslam sehingga dia bisa tahu tempatnya.
"Ini benerkan tempatnya??" tanya Arini pada dirinya sendiri saat di sudah sampai si tempat tujuan.
Arini turun dari mobil berjalan ke arah salah seorang wanita yang sedang berjalan berlawanan dengannya. Dia sengaja menghentikan wanita itu untuk bertanya tentang alamat yang dia tuju.Tak lupa dia juga bertanya tentang pengajian yang di laksanakan hari ini.
"Assalamualaikum, permisi kak mau tanya kalau acara tabligh Akbar with Ustadz Huzaifah Aslam benar di sini tempatnya?" tanya Arini kepada wanita itu yang sepertinya umurnya tidak beda jauh dengan Arini.
"Waalaikumsalam... Iya mbak benar tempatnya di sini, tapi...sepertinya Mbak telat karena acaranya baru saja selesai," jawab wanita itu kepada Arini.
Arini tersenyum untuk menanggapi ucapan wanita itu." Kalau begitu terima kasih informasinya," jawabnya.
"Iya Mbak sama-sama." Wanita itu tak kalah ramah kepada Arini.
Setelah berbasa-basi akhirnya Arini berpamitan lalu masuk kembali kedalam mobil. Saat dia akan menjalankan mobipnya dia melihat Aslam suaminya yang baru saja keluar dari tempat acara. Arini dengan pelan mengikuti Aslam dari belakang sembari mengendarai mobilnya.
"Ternyata Abi tidak berbohong," gumam Arini.
Dia menatap lekat ke arah Aslam yang sudah masuk kedalam mobil menjalankan mobilnya pergi meninggalkan tempat acara tersebut.Arini mengernyitkan dahinya heran saat melihat suaminya mengendarai mobilnya ke arah jalan yang berbeda. Dia jadi penasaran akan kemana suaminya pergi.
"Loh itu Abi mau kemana, kok malah lewat kiri sih?? Itu kan bukan jalan pulang, " gumam Arini dengan pelan.
Dia terus saja mengikuti mobil suaminya sampai mobil itu berhenti di depan rumah yang terlihat minimalis tapi Asri. Aslam keluar dari mobil sembari mengeluarkan kopernya. Sedangkan Arini dia menghentikan mobilnya dari jarak jauh supaya dia tidak ketahuan.
Brum brum Ckitttt
"Loh rumah siapa itu, kenapa Abi berhenti di sana." Arini semakin bingung dan bertanya-tanya pada dirinya sendiri, saat melihat Aslam yang malah datang orang asing.
Tak lama dari itu pintu rumah di buka dari dalam oleh soarng wanita bercadar sembari memangku seorang balita. Dia keluar menghampiri Aslam memberikan balita itu kepada Aslam. Sedangkan wanita muda itu membawa koper Aslam, dia juga tdiak lupa mencium tangan Aslam dengan takjim bahkan, Aslam pun membalasnya dengan tak kalah romantis mencium kening dan juga pipi Wanita bercadar itu tidak lupa dia juga mencium balita yang berada di pangkuannya.
"Mas, Alhamdulilah Mas sudah sampai dengan selamat," ucap Wanita itu kepada Aslam sembari tersenyum.
"Iya Azura, setelah acara yang terakhir Mas langsung saja pulang karena telah merindukan istri Mas yang paling cantik ini, juga si tuan putri kita," goda Aslam kepada Azura istri mudanya.
"Abiiii, Lindu," rengek Queensha dengan nada khas anak kecil.
Deg
Arini yang menyaksikan semua itu merasa panas dan juga sakit hati.Meskipun semuanya masih abu-abu tapi Arini sudah bisa menyimpulkan dari semua ini. Dan dia bertekad secepatnya dia akan meminta penjelasan kepada Suaminya tentang wanita bercadar dan balita itu.
"Sebenatnya wanita itu siapa nya Mas Aslam, dia terlihat masih sangat muda tidak mungkin kalau dia istrinya.Tapi, kenapa Balita itu memanggilnya Abi?? Atau jangan-jangan??”
Arini dan Azura terdiam terpaku. Mereka syok saat mendengar kejujuran Aslam."Jadi selama ini kamu membohongi aku Mas, kamu bilang istrimu pergi ke Tkw sehingga kamu menikahiku," kata Azura menatap Aslam dengan penuh kecewa."Apa? Tkw?" Arini semakin tercengang dengan ucapan Azura. Sejak kapan dia pergi Ke luar negri untuk menjadi Tkw. Atau jangan-jangan."Mas jawab pertanyaan ku dengan jujur," ucap Arini menatap Aslam yang saat ini hanya tertunduk tidak berani mengangkat wajahnya."Iya. Silahkan.""Apakah istri yang di maksud Azura adalah istri kedua kamu atau ketiga?"Aslam hanya bisa menghela nafas. Dia mengangkat wajahnya menatap ke arah Azura dan juga Arini bergantian."Ya, dia memang istri ketiga ku, sedangkan Istri keduaku masih berada di kota ini," jawabnya dengan jujur.Aslam tahu Azura dan Arini pasti akan sakit hati saat mendengar kebenarannya. Tapi, Aslan juga tidak bisa memungkiri kalau semua yang di ucapkan Azura adalah kebenaran."Mas kenapa Mas bisa setega itu kepa
Azura terdiam, pandangannya tak lepas dari sosok wanita asing yang berdiri di samping suaminya, Aslam. Wajah perempuan itu tenang, tapi matanya menyimpan sesuatu yang tak bisa Azura baca dengan mudah.“Maaf,Bu ... cari siapa, ya?” tanya Azura hati-hati. Suaranya terdengar sopan, meski ada keraguan yang samar.Perempuan itu yang kemudian memperkenalkan diri sebagai Arini, dia tersenyum tipis ke arah Azura.“Saya ... Arini. Bolehkah saya masuk sebentar?”Azura menoleh singkat ke arah Aslam, berharap ada penjelasan darinya. Tapi pria itu hanya menunduk, wajahnya kaku seperti patung. Diamnya justru membuat Azura semakin bertanya-tanya.“Tentu, silahkan masuk,” ucap Azura akhirnya, sembari membuka pintu rumah lebih lebar.Langkah Arini terdengar mantap saat memasuki ruang tamu. Ia duduk dengan anggun di sofa, sementara Azura menutup pintu perlahan dan menyusul duduk di seberangnya. Aslam memilih berdiri di dekat dinding, gelisah, seperti orang yang ingin kabur tapi tak tahu ke mana.“Kita
Keesokan harinya Arini pagi-pagi sekali sudah berdandan Rapi. Dia membangunkan semua anaknya untuk segera bangun. Berusiap berangkat sekolah supaya tidak kesiangan.Tok Tok Tok“Naina bangun,” ucap Arini di depan pintu kamar anaknya.“Iya Mi, Naina sudah bangun kok,” jawabnya di dalam sana sembari berteriak.“Kalau begitu nanti kamu bangunkan adik-adik kamu ya Sayang, kata Arini.“Iya Mi,” kata Naina.Setelah mengatakan itu Arini langsung saja berjalan menuruni tangga. Menyiapkan makanan menghidangkannya diatas meja. Semua anak-anaknya mulai turun dari tangga menghampirinya untuk sarapan bersama.Tak TakTakSuara langkah kaki terdengar begitu nyaring, membuat Arini langsung saja mendongak menatap ke arah mereka semua Anak-anaknya perlahan mendekat kearah Arini. Menarik kursi lalu duduk di kursi mereka masing-masing.“Mi, Umi mau kemana tumben hari ini sudah sangat rapi?” tanya Naina.Semua anak-anak Arini menatap ke arah Uminya.Mereka melihat dan memperhatikan penampilan Uminya dari
Pikiran Arini semakin tak karuan saat melihat suaminya bersama wanita lain.Terlebih selama ini Arini tidak pernah melihat suaminya dekat dengan siapapun kecuali ibunya dan juga istrinya. Tapi sekarang, dia dekat dengan orang lain.“Siapa perempuan itu?” tanya Arini kepada dirinya sendiri.Dari kejauhan Arini memperhatikan interaksi mereka yang terlihat biasa saja. Namun, Arini menangkap sesuatu yang berbeda di antara mereka berdua. Tidak mungkin wanita itu adalah Adiknya karena selama menikah dengan Aslam, setahu Arini dia tidak mempunyai adik ataupun kakak karena dia adalah anak tunggal.Sedangkan di posisi Aslam saat ini dia tersenyum lembut kepada Azura. Entah kenapa hati Aslam merasakan sangat nyaman dan tenang saat melihat senyum Azura. Meskipun bersama Arini pun sama hanya saja bersama Azura, Aslam mendapatkan sesuatu yang berbeda tapi Aslam juga tidak tahu itu apa.“Mas, Mari masuk aku sudah menyiapkan makanan kesukaan Mas,” ajak Azura kepada suaminya dengan tutur kata yang lem
Di pagi harinya Aslam sudah siap dengan kemeja lengan panjang dan juga celana panjang hitam,tidak lupa dengan topi yang senada dengan dengan baju dan celannya. Dia keluar dari kamar sembari menyeret koper besar miliknya.Berjalan menuruni tangga untuk menghampiri anak dan istrinya."Umi," panggil Aslam kepada Arini yang saat ini sedang menyiapkan keperluan Aslam.Arini yang mendengar panggilan dari suaminya mengangkat wajahnya menatap ke arahnya yang saat ini sedang berjalan.Dia melemparkan senyum kepada suaminya sebelum menjawab ucapan Suaminya. Meskipun dalam hatinya dia penasaran dengan koper besar yang di bawa Aslam, tapi Arini tetap diam dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa."Iya Abi," jawabnya dengan lemah lembut.Arini berjalan menghampiri Aslam yang saat ini sudah berada di ruang keluarga. Dia mengambil koper besar dari tangan Aslam menariknya menyimpan di ujung sofa bersama dengan yang lainnya yang slalu dia dia siapkan untuk Aslam. Aslam tersenyum kecut saat melihat Ar
"Assalamualaikum," ucap Aslam saat membuka pintu masuk.Berjalan menghampiri istrinya yang saat ini sedang duduk di kursi ruang tamu. Menundukan pandangannya sembari membaca buku-buku islam yang dia belikan kepada istrinya.Tampaknya Arini sedang fokus membaca buku, namun saat mendengar suara Aslam Arini langsung saja mengangkat pandangannya."Waalaikumsalam," jawab Arini Istri seorang Aslam.Mendengar suara suaminya datang Arini langsung saja bangkit dari duduknya berjalan menghampiri Aslam yang sedang berjalan ke arahnya.Dengan langkah yang anggun dan juga santai Arini menyambut kedatangan suaminya dengan penuh suka cita dan kasih sayang."Kenapa, Baru pulang Bi?" tanya Arini sembari mencium tangan Aslam dengan takdim.Aslam tersenyum saat Arinia bertanya seperti itu, dia sudah tahu Istrinya akan bertanya seperti itu karena bagaimanapun Aslam telat setengah jam saat pulang dari waktu yang ditentukan."Maaf Mi tadi, di jalan macet jadi lama.”Aslam mengusap tengkuknya dengan pelan semb