Lampu tidur menyala redup, menyinari separuh ruangan dalam cahaya temaram. Angin malam mengalir pelan dari celah jendela yang tak sepenuhnya tertutup, membawa aroma embun dan sedikit wangi parfum kayu cendana. Zera terbangun lebih dulu. Ia duduk perlahan di sofa panjang, selimutnya melorot hingga ke pinggang. Dari tempatnya duduk, ia bisa mendengar napas Johnny—berat, teratur, dalam. Perlahan, ia bangkit. Langkahnya ringan, hampir tanpa suara saat mendekati ranjang. Johnny terbaring miring, satu lengannya bersilang di atas dada, napasnya tenang dalam balutan kaus tipis berwarna gelap. Zera berlutut di sisi ranjang. Jemarinya terulur pelan, ragu-ragu, sebelum akhirnya menyentuh pipi Johnny. Kulitnya hangat. Jari Zera menyusuri garis rahang Johnny, perlahan ke dagu, lalu naik ke tulang pipi. Ia membayangkan setiap lekuknya, merekam bentuknya dalam pikirannya yang buta cahaya. “Kau... terlihat tenang saat tidur,” bisiknya lirih, hampir seperti doa yang tak ingin terdengar. S
Last Updated : 2025-07-22 Read more