Suasana di ruang tamu itu masih tegang. Juan mematung dengan napas yang berat dan kepala penuh beban. Namun, kalimat Nila tadi masih berdengung di telinganya.‘Karena aku... hamil.’Dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Kaget, bingung, takut, semuanya campur aduk. Tapi satu hal yang pasti, ia tidak percaya.Juan melangkah mundur, menatap Nila lekat-lekat, “Hamil? Kamu yakin itu anakku?”Itu pertanyaan yang membuat mata Nila langsung menyala, “Apa maksud kamu?!” bentaknya.“Aku cuma langsung mikir, kalau kita jarang tidur bareng, apa bisa langsung jadi? Aku nggak yakin itu anakku, Nil,” Juan menjawab dengan nada rendah, tapi jelas sekali bahwa itu bentuk penolakan.Nila tertawa sinis, “Oh, jadi sekarang kamu mau kabur? Habis kamu hancurin hidup aku, kamu pikir kamu bisa ninggalin aku gitu aja?”“Aku nggak mau nikah karena dipaksa,” jawab Juan, “Apalagi kalau aku nggak yakin anak itu dari benihku.”Wajah Nila perlahan berubah dingin, tak lagi emosi, tapi justru lebih mengerikan, t
Last Updated : 2025-07-18 Read more