Andreas termenung sendirian di kamarnya. Masih jelas bagaimana ekspresi Anjani saat menatap dirinya. Andreas tidak tahu dari sekian banyak kalimat yang ada di otaknya mengapa kalimat itu yang keluar dari mulutnya. Ia mengambil ponselnya yang tergeletak di kasurnya, lalu melipir ke balkon dan mencari kontak Anjani. Sepertinya ia harus bicara dengan Anjani agar tidak ada kesalahpahaman. [Anjani, apa bisa saya menelpon sebentar?] Pesan di kirim ke nomor Anjani. Andreas menunggu sampai kurang lebih sepuluh menit. Pesannya belum ada tanda sudah terbaca. Andreas menikmati angin malam yang cukup dingin karena cuaca akhir-akhir ini cukup buruk. Tring! Tanda satu pesan masuk dan ternyata balasan Anjani. [Ya, silakan] balasnya tanpa panjang lebar. Andreas dengan cepat menegapkan tubuhnya. Ia langsung menelpon Anjani setelah mendapatkan izin. "Assalamualaikum, Anjani. Maaf saya mengganggu," ucap Andreas. Ini kali pertama mereka melakukan panggilan telepon. "Waalaikumsalam, iya tidak apa
"Mau pesan apa?" tanya Andreas ia menyodorkan menu makanan.Andreas mengajak Anjani untuk ke cafetaria. Anjani hanya menurut saja walau sebenernya ia bingung mengapa tiba-tiba Andreas mengajaknya pergi.Anjani memilih kopi dan camilan. Andreas langsung memesan sekaligus membayar pesanan keduanya. Tidak lupa ia juga memesan makanan untuk Selly."Dokter Andreas tadi sebenernya mau kemana?" tanya Anjani."Saya mau ke sini, cuma kebetulan ada kamu, jadi sekalian aja saya ajak. Kamu udah kan kontrolnya?" Andreas berbalik bertanya.Tangannya menggulung baju agar terasa lebih nyaman saat sedang di waktu santai begini."Oh iya sudah kok, dok. Tadi saya nunggu Selly tapi nggak tahunya masih ada pasien di dalem," jawab Anjani sambil tersenyum."Ya sudah, kamu makan aja dulu sambil nunggu Selly, kayanya sebentar lagi juga selesai," sahut Andreas.Anjani mengangguk ia meminum kopi dan sedikit demi sedikit memakan camilan. Keduanya tidak terlibat obrolan lebih .Andreas sendiri mendadak sibuk denga
Pihak penerbit sudah menghubungi Anjani perihal launching bukunya yang sudah selesai dicetak. Anjani bersama tim penerbit langsung membuat beberapa acara untuk meet and greet untuk pertama kalinya. Jelas antusiasme para pembaca setia Anjani begitu besar karena mereka merasa penasaran sosok penulis yang ia sukai. Tempat pertama kali yang akan didatangi oleh Anjani adalah toko buku yang paling terkenal di Indonesia di salah satu mall yang cukup besar di kotanya. Anjani belum ingin pergi keluar kota setelah kejadian dirinya yang hampir tidak selamat. Untung saja pihak penerbit menyanggupi dengan alasan Anjani. "Semoga ini langkah yang baik ya Bu Anjani. Sayang sekali jika sosok Bu Anjani hanya di kelas di sosial media saja, mereka juga harus mengenal sosok Bu Anjani secara nyata. Saya sangat kagum dengan antusias penggemar Bu Anjani dan respon mereka sangat baik," jelas salah satu tim yang selama ini selalu berkomunikasi dengan Anjani "Terima kasih mba, ini juga berkat tim yang tela
Sudah dua bulan ini Baskara menjadi manager Melati. Ia mulai terbiasa mengatur jadwal dan mengantar Melati bekerja. Namun ia menjadi jarang masuk bekerja ke pabrik karena Melati yang selalu ingin ditemani oleh dirinya. Padahal sudah ada asisten yang sengaja dipekerjakan untuk ambil alih jika Baskara harus lembur.Perubahan tubuh Melati mulai terlihat. Beberapa klien menanyakan tubuh Melati yang terlihat menggemuk, tapi Melati beralasan bahwa ia mendapatkan endorse untuk pelangsing badan. Ia harus menaikan berat badannya dulu untuk membuktikan khasiat produk itu."Mel... Tadi aku dipanggil HRD gara-gara bulan ini aku banyak bolongnya di pabrik, kamu nggak mau cari manager profesional aja?" ucap Baskara.Melati merebahkan tubuhnya karena baru saja sampai di apartemen. "Ya aku sih pengen! Cuma gimana? Kok kayanya orang-orang nggak mau ya managerin aku," sahut Melati.Beberapa kali Melati menghubungi seorang manager yang menurutnya cocok dengan dirinya, tapi mereka menolak."Aku kan udah
Andreas sampai di kediaman orang tuanya dan langsung ikut bergabung di gazebo tempat biasa mereka berkumpul. Bu Sekar sudah ancang-ancang untuk membujuk Andreas bertemu Lulla lagi, tapi Andreas telanjur tahu lebih dulu gerak-gerik ibunya."Maaf mih, Andreas nggak bisa temuin Lulla lagi. Andreas kan udah bilang kalau Andreas cuma mau ketemu dia waktu itu aja, selebihnya jangan paksa Andreas buat nemuin dia lagi," Ucap Andreas langsung mendahului Bu Sekar sebelum ditanya."Mamih cuma nggak enak aja... kemarin Lulla juga ke sini, dia baru pulang dari Singapura dan bawa oleh-oleh buat mamih," sahut Bu Sekar. Andreas mengambil bantal. Ia tiduran di pangkuan adiknya yang sedang selonjoran. Tangannya merogoh ponsel dan mengecek kontak Anjani. Bibirnya terangkat samar saat melihat nama Anjani.Tangannya mengetik sesuatu, tapi ia hapus kembali. Andreas menatap ke langit-langit, tangannya kembali membuka ponsel dan mengetik kembali, tapi dihapus lagi."Kak... Kakak mau kirim pesan ke siapa sih
Dokter Aiman mengizinkan Anjani untuk pulang setelah sebelumnya dilakukan pengecekan. Dokter Aiman menyempatkan diri untuk bertemu dengan dokter Andreas sebelum kembali ke ruangannya."Bro thanks ya... Sorry gue ngerepotin elu," ucap Andreas kepada kawannya itu.Dokter Aiman terkekeh pelan, "Kaya ke siapa aja lu ah. Kalau ada waktu main-main lagi kesini gue tunggu ya," jawab dokter Aiman dengan menepuk sekali tangan Andreas."Ya... kalau kesini lagi gue mampir entar ke rumah lu, salam buat orang tua lu ya," Setelah berbasa-basi, Andreas memberanikan diri berkunjung ke kamar Anjani. Ia mengetuk pintu dengan pelan.Tok! Tok! Tok!Tiga orang Yang ada di ruangan kompak menoleh ke arah pintu yang sedikit demi sedikit mulai terbuka."Oh... Dokter Andreas, silakan masuk," ucap Bu Aulia setelah melihat dokter Andreas yang membuka pintu"Maaf Tante, Om, saya mengganggu. Bagaimana dengan kondisi Anjani?" tanya Andreas dengan sopan."Alhamdulillah nak dokter, Anjani sudah bisa di bawa pulang. J