Dahi Mahesa berkerut, sorot matanya penuh ganjalan. Tegap berdiri di tengah ruang kerja yang terlalu dingin untuk percakapan yang sedang terjadi, ia tak menyangka niatnya membela malah disambut tuduhan yang melukai.Cahaya putih dari lampu panel di langit-langit kantor menyorot wajahnya, menonjolkan garis lelah dan mata yang menggelap karena emosi yang ditahan.“Nadira,” suara itu terdengar tenang, seperti riak air di danau pagi. Nadira tak meninggikan nada, tapi sorot matanya tajam dan tak bisa diabaikan.Danu, pria muda berseragam keamanan dengan rambut tersisir rapi, segera maju. “Ya, Bu?”“Pastikan staf keamanan dan resepsionis hafal wajah Pak Pradana,” ujarnya datar, tanpa emosi. “Kalau ada kejadian seperti ini lagi, langsung bawa ke HRD.”“Siap, Bu.” Tanpa tanya, Danu mengangguk dan langsung bersiap menyampaikan perintah ke rekan-rekannya.Ia melangkah ke depan, satu langkah s
Terakhir Diperbarui : 2025-08-04 Baca selengkapnya