Beranda / Rumah Tangga / Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi / Bab 86: Kabut dan Percik Rasa

Share

Bab 86: Kabut dan Percik Rasa

Penulis: Rizki Adinda
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-05 15:35:04

Lukas tertawa pelan, lalu menyandarkan tubuh ke jok mobil dengan wajah berbinar.

"Sudah lama banget aku nggak ketemu perempuan seprinsip dan sejujur itu," ucapnya, suaranya seperti anak kecil yang baru menemukan harta karun.

"Aku makin suka sama dia! Aku putuskan, mulai sekarang, aku akan serius ngejar dia!"

Kalimat-kalimat itu terpantul di layar ponsel Mahesa. Ia membacanya dalam diam, bibirnya tertutup rapat.

Sorot matanya dingin, seperti danau di pegunungan yang beku sepanjang musim. Tak ada gurat emosi, hanya kebekuan yang perlahan menyusup ke ujung-ujung nadinya.

Ia mematikan layar ponsel dengan satu sentuhan jari, lalu mengalihkan pandangan ke jendela mobil.

Jalanan Bandung tampak samar oleh kabut tipis yang turun perlahan, seperti tirai abu-abu yang menggantung di antara masa lalu dan masa kini.

Di luar, pepohonan bergoyang perlahan diterpa angin Juli, seakan menyampaikan pesan yang belum sempat diucapkan.

Di kepalanya,

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 90: Jangan Jatuh Cinta Terlalu Gampang

    Ia mengeluarkan cap mawar milik Nadira dari saku jasnya, benda kecil yang anggun dengan ukiran halus, di bawahnya tertulis nama: Mahesa Pradana.Jari-jarinya memutar-mutar cap itu pelan, seolah setiap putaran menggali kembali serpihan waktu yang tercecer.Ada getar halus di dadanya, getir yang diam-diam menyesap perlahan.Apakah manusia memang harus kehilangan dulu, baru bisa belajar menghargai?“Gila, gue kenyang banget!”Lukas menepuk-nepuk perutnya dengan gaya berlebihan, langkahnya santai saat keluar dari restoran "Rasa Rakyat" di jantung Kemang.Udara sore menyelimuti jalanan dengan aroma pohon ketapang dan lalu lintas yang tak pernah benar-benar tidur.Cahaya matahari menembus sela-sela dedaunan, menyinari wajahnya yang penuh kepuasan, seakan bumbu dan santan dari masakan barusan masih menari di lidahnya.Ia menoleh ke arah Nadira yang berjalan di sampingnya, lalu bertanya sambil mengangkat alis, &ldq

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 89: Permata yang Tak Terlihat

    Lukas ternganga, wajahnya seperti anak kecil yang baru pertama kali melihat kembang api meledak di langit malam.Ini... ini sebenarnya apa yang sedang terjadi?Ruang dapur yang tadi tampak biasa saja kini seolah berubah menjadi panggung drama penuh misteri dan kehormatan.Cahaya lampu gantung menyorot ke meja kerja stainless steel, memantulkan kilau lembut yang mempertegas aura yang memancar dari sosok Nadira.Duduk tenang dengan kedua tangan terlipat anggun di pangkuan, ia seperti seorang ratu yang tak membutuhkan mahkota.Lukas akhirnya menutup mulutnya yang terbuka sejak tadi, tapi tatapannya masih curiga, seolah menunggu dua tokoh di depannya tertawa dan berkata bahwa semua ini hanya sandiwara."Pak Nashiruddin," ia bertanya, suaranya tertahan antara tidak percaya dan penasaran, "bukankah keluarga Anda biasanya hanya menurunkan ilmu memasak ke anak laki-laki?"Teguh, sang chef yang dikenal tajam dan tegas, justru mengangguk lembut

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 88: Selevel dengan Ayahmu

    "Aku sudah tahu ke mana arah pikiranmu," potong Nadira dengan suara lembut namun tegas, seolah mencoba menahan badai sebelum datang.Matanya, gelap seperti bayang-bayang mendung, menatap Lukas tanpa berkedip."Tapi dia bukan pilihan."Lukas menghela napas panjang, bahunya sedikit merosot, tapi tak ada tanda ia akan mundur. "Kenapa? Ini soal bisnis. Dilihat dari kekuatan modal dan pengaruhnya, Grup Pradana tetap pilihan terbaik. Lagi pula, Mahesa sendiri tertarik. Bukankah itu sempurna?"Ruangan tempat mereka duduk penuh nuansa krem hangat dan cahaya redup dari lampu gantung berbentuk kristal yang menggantung tenang di langit-langit.Musik piano klasik mengalun pelan, tapi ketegangan yang mengambang di udara membuat setiap not terasa seperti detak jam sebelum ledakan.Nadira menunduk, jemarinya meraba-raba pinggiran gelas anggurnya yang masih utuh. Suaranya turun beberapa oktaf, dingin seperti angin malam di puncak Lembang."Aku tidak

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 87: Ambisi Dalam Cangkir

    Lukas sedikit tercengang, meski berusaha menyembunyikannya di balik ekspresi datarnya. Sebagai pecinta kuliner yang sering keliling kota demi seporsi rasa yang tak biasa, ia paham benar betapa rapuhnya dunia restoran.Bertahan lebih dari lima tahun di tengah kerasnya kompetisi? Itu bukan perkara remeh.“Setahu aku, restoran ini udah berdiri lima, enam tahun ya?” tanyanya sambil menelusuri langit-langit ruangan dengan pandangan takjub.Dinding-dindingnya didekorasi lukisan abstrak bernuansa bumi, dengan cahaya temaram dari lampu gantung kuningan yang menciptakan kesan hangat dan bersahaja.“Betul,” jawab Nadira dari balik tirai linen yang membatasi ruang pribadi. Ia melangkah masuk dengan ringan, mengenakan blus krem dan celana kulot yang mengayun lembut setiap kali ia bergerak.“Aku buka tempat ini waktu umur delapan belas. Pertama, karena aku cinta makanannya. Kedua, untuk cari uang,” katanya sambil menanggalkan jam tangan dan meletakkannya di mej

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 86: Kabut dan Percik Rasa

    Lukas tertawa pelan, lalu menyandarkan tubuh ke jok mobil dengan wajah berbinar."Sudah lama banget aku nggak ketemu perempuan seprinsip dan sejujur itu," ucapnya, suaranya seperti anak kecil yang baru menemukan harta karun."Aku makin suka sama dia! Aku putuskan, mulai sekarang, aku akan serius ngejar dia!"Kalimat-kalimat itu terpantul di layar ponsel Mahesa. Ia membacanya dalam diam, bibirnya tertutup rapat.Sorot matanya dingin, seperti danau di pegunungan yang beku sepanjang musim. Tak ada gurat emosi, hanya kebekuan yang perlahan menyusup ke ujung-ujung nadinya.Ia mematikan layar ponsel dengan satu sentuhan jari, lalu mengalihkan pandangan ke jendela mobil.Jalanan Bandung tampak samar oleh kabut tipis yang turun perlahan, seperti tirai abu-abu yang menggantung di antara masa lalu dan masa kini.Di luar, pepohonan bergoyang perlahan diterpa angin Juli, seakan menyampaikan pesan yang belum sempat diucapkan.Di kepalanya,

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 85: Kekanak-Kanakan

    Lukas menyunggingkan senyum geli yang sulit disembunyikan. "Wajah kamu itu nggak bisa bohong, Nadira. Cintamu ke Mahesa kelihatan banget. Dia mungkin nggak peka, tapi aku? Aku jagonya baca sinyal."Nadira hanya memutar bola mata, nada kesalnya tak tersamar. Tapi dia tidak menyangkal. Hanya diam, membiarkan Lukas terus menggali."Terus terang aja, bukan cuma Mahesa yang penasaran. Aku juga. Kenapa kamu dulu sampai menyamar segala buat nikahin dia?"Matahari sore merambat pelan ke wajah Nadira, membentuk kilau keemasan di pipinya yang mulus. Cahaya itu menari di ujung rambutnya yang berwarna gelap, menambah aura misterius yang memang sudah sejak awal melekat padanya.Lukas menatapnya sejenak, terpukau. Wajah itu terlalu tenang, terlalu sempurna, seperti patung dewi yang kebetulan hidup.Tapi hanya sebentar.Tatapan Nadira berubah. Dingin, seolah sinar matahari tak lagi mampu menembus lapisan perisai yang baru saja ia pasang."Kamu ke si

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status