Ketika pintu besi berderit, udara di ruang interogasi seperti mendadak membeku. Kompol Sambo berdiri tegap di ambang pintu, tubuhnya besar, sorot matanya tajam seperti sedang menguliti isi kepala setiap orang di dalam ruangan.Surya dan Ahmad langsung menegakkan badan. Adit, berbeda dengan mereka, justru bersandar santai, bibirnya melengkung tipis.“Ada apa ini?” suara Sambo berat, serak, tapi penuh kuasa. Tatapannya bergantian singgah ke wajah Surya, Ahmad, lalu ke Adit. “Kenapa kalian mendadak diam begitu saya masuk? Apa yang kalian bicarakan?”Surya tercekat, lidahnya kaku. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Detik itu, Adit menunduk tipis, menyembunyikan senyum tipisnya yang penuh arti. Ia tahu, inilah saat yang tepat untuk menyalakan api kecil di antara dua serigala.“Jawab, Surya,” suara Sambo meninggi.Surya buru-buru menghela napas, lalu menggaruk kepala, pura-pura canggung. “Eh … nggak ada, Komandan. Tadi cuma ngobrol … ya, obrolan receh lah. Tentang … tentang bola semala
Dernière mise à jour : 2025-09-30 Read More