Happy Reading*****Keringat Mutia makin bercucuran, wajahnya makin terlihat resah saat Bagas mencoba menyeka semua keringatnya, perempuan itu membuka mata. "Aku di mana? Mana bayiku? Apakah dia selamat?" tanya Mutia pada Bagas. Sepertinya perempuan itu belum menyadari siapa Bagas. Bagas merengkuhnya dalam pelukan. "Cukup, Tia. Kamu tidak boleh terus-terusan seperti ini," katanya.Arham yang semula duduk di sofa sambil menemani Bagas tadi, kini mendekati sahabatnya yang terlihat sangat sedih dengan keadaan sang kekasih. "Apa kamu ingat yang terjadi sama anakmu, Tia?"Mutia mengurai pelukan Bagas. Menatap Arham aneh, bingung dan linglung. Lalu, dia menatap perut dan mengelusnya. Perutnya rata dan tidak ada tanda-tanda kehamilan. "Apa aku sudah melahirkan?"Arham mengambil langkah, semakin mendekati Mutia. "Kamu memang nggak pernah hamil. Jadi, kamu nggak perlu terus merisaukan keadaan bayimu yang memang nggak pernah ada," ucapnya."Ham," protes Bagas. Bola matanya sudah membulat semp
Last Updated : 2025-06-22 Read more