Happy Reading****"Aku bisa jelaskan nanti, Tia. Saat ini, keselamatnnya jauh lebih penting," kata Bagas. Segera masuk ke ruangan tersebut."Pak, sakit," cicit Elvina terdengar begitu manja di telinga Mutia."Sabar, sebentar lagi dokter akan menanganimu.""Ingat janjimu pada Nenek, Nak," sahut Jannah karena melihat Mutia terdiam dan syok dengan adegan yangl dilakukan Bagas dan perempuan itu."Nek, percayalah," pinta Bagas. Tatapannya mengarah pada sosok perempuan yang berwajah pucat di kursi roda. "Aku pasti menepati janjiku.""Pak, sakit." Elvina kembali mengaduh. Dia bahkan dengan sengaja mengeratkan kedua tangannya di leher Bagas sambil menatap Mutia sinis."Pergilah, Mas. Dia sangat kesakitan dan rasanya semua cukup jelas saat ini. Siapa aku di hatimu dan siapa dia," kata Mutia. Dia membelokkan kursi rodanya. Berniat pergi meninggalkan Bagas."Tia, jangan salah paham," kata Bagas yang tak dihiraukan oleh Mutia dan Jannah karena mereka tetap melangkah menjauhi lelaki tersebut.Ai
Last Updated : 2025-06-27 Read more