All Chapters of Mendadak di Pelaminan dengan Mantan: Chapter 41 - Chapter 50

Semua dokumentasi Eleanor Roven yang sedang melakukan penampilan telah ditonton dan dipelajari. Semakin banyak jiwa Shanie lihat penampilan asli Eleanor Roven yang begitu bersinar, semakin berat rasa tertekan yang kini membebani dirinya. Betapa sempurnanya Eleanor Roven, setiap gerak tubuhnya seperti sehelai bulu yang menari-nari bersama angin. Kesempurnaannya begitu mustahil untuk bisa dijangkau.. Saat sore mulai tiba, suara decitan dilantai terdengar berkali-kali, gerakan demi gerakan ratusan kali Shanie ulangi sampai dia jatuh terkapar dilantai dengan napas compang-camping, kaki dan pahanya berdenyut sakit tidak lagi memiliki tenaga untuk dia gunakan menari. Beruntung studio balet ini milik pribadi Eleanor, sehingga tidak ada sembarangan orang bisa melihat apalagi mengganggu. Sudah lebih dari enam jam lamanya dia latihan, melakukan segalanya, berusaha keras melampaui semua batasan yang selama ini tidak pernah jiwa Shanie lakukan dalam hidupnya. Shanie tahu, bakat bisa ha

Setelah hari yang menjengkelkan dan lelah yang mendera tubuh, seluruh tenaga yang telah terkuras habis kini kelaparan sampai membuat perut Eleanor melilit perih.Jiwa Shanie yang tahu bahwa kini dia telah menjelma hidup bergelimang harta, tanpa ragu langsung memasuki sebuah restaurant mewah yang secara acak.Kedatangannya yang tanpa reservasi langsung disambut hangat, manajer restaurant sampai turun tangan langsung dan mengarahkannya pada kursi yang memiliki view terbaik di restaurant itu.Keramahan staf restaurant menyadarkan Shanie bahwa kemungkinan Eleanor Roven yang asli sering datang ke restaurant itu.Tanpa ragu, Shanie memilih semua makanan terbaik tanpa perlu melihat harga lagi, semua yang dia mau dipilih hingga memenuhi meja, menikmati layanan terbaik yang selama hidupnya tidak pernah dia dapatkan.Dulu, setiap uang yang Shanie miliki tidak pernah bisa dia nikmati dengan benar karena harus mendahulukan kepentingan keluarganya, termasuk sekolah Melody.Bahkan setelah dia menin

Killian tersenyum penuh kepuasan mendengar jawaban yang inginkan akhirnya terucap meski itu terjadi karena desakan mendadak.Tanpa memperhatikan wajah tegang Eleanor yang sedang menyesali ucapannya sendiri, Killian memanggil pelayan untuk membayar sebelum akhirnya pria itu bangkit dari tempat duduk dengan mata berbinar penuh semangat seperti seorang anak kecil yang baru saja keinginannya terpenuhi.“Ayo pulang,” ajak Killian.Eleanor menelan salivanya dengan kesulitan, melihat tatapan Killian yang semakin berbinar, Eleanor berjiwa Shanie itu bisa langsung menebak apa yang ada di isi kepala Killian Morgan saat ini. “Aku membawa mobil,” tolak Eleanor dengan halus. Enggan berdekatan lebih lama dengan pria berbahaya seperti Killian.“Tinggalkan saja,” jawab Killian terdengar enteng. Sebelum Eleanor Roven menolak untuk yang kedua kalinya, Killian langsung menarik bahu Eleanor agar beranjak dan membawanya pergi.Melewati beberapa meja dalam rangkulan Killian, Eleanor tertunduk menyembunyi

Bayangan tubuh terlihat diatas riak lembut air kolam. Eleanor berdiri di sana tengah menenangkan diri, berusaha menyingkirkan setiap sakit yang tidak perlu dia simpan lagi di dalam hati.Hanya orang lemah yang kalah oleh bayangan, dan hanya orang lemah yang kalah oleh masa lalu!Eleanor harus terus melangkah, melalui hal-hal baru yang membuatnya menjadi lebih kuat dan bersinar.Mata Eleanor terpejam, membayangkan wajah-wajah orang yang telah menghancurkan hati Shanie seperti seonggok sampah yang telah dia buang ke tempatnya, dikumpulkan lalu dihancurkan sehancur-hancurnya!Derap suara langkah terdengar dari sudut tempat.Gigi Eleanor langsung terkatup rapat menahan decihan kesalnya melihat kedatangan Javier, pria yang paling ingin jiwa Shanie singkirkan dari pandangan matanya.Wajah Javier terlihat kusut, sedikitipun tidak menunjukan ada secercah kebahagiaan menjelang hari pernikahannya.Wajar saja, apa yang diharapkan dari pernikahan hasil perselingkuhan?Orang-orang selingkuh selalu

“Mulai besok, semua pelayan akan kembali datang dan bekerja seperti biasa di rumah.”Sonya yang tengah bersolek didepan cermin langsung berhenti tidak dapat menutupi keterkejutannya. “Kenapa? Apa aku kurang merawatmu?” tanya Sonya dengan nada tidak terima.Hardy segera duduk disisi ranjang sambil menahan ringisan sakitnya yang semakin hari semakin kuat tidak dapat lagi dia tahan, jangankan untuk beraktivitas, untuk berbicarapun kini dia membutuhkan banyak perjuangan. “Rumah ini sangat besar dan harus dirawat setiap hari, kasihan Agustine bekerja sendirian kesana-kemari.”Sonya berbalik perlahan dan menghadap Hardy sepenuhnya. “Apa Eleanor yang meminta?” tebak Sonya tersenyum sinis.“Ya, tapi aku juga sangat setuju dengan pendapatnya, rumah ini harus bersih.”Sonya menggenggam erat sisirnya, menyalurkan kekesalan. Wanita itu akhirnya beranjak dari kursi dan menghadap suaminya dengan tatapan penuh amarah. “Kau anggap aku ini apa sebenarnya Hardy? Mengapa kau selalu mengambil keputusan t