All Chapters of Mendadak di Pelaminan dengan Mantan: Chapter 51 - Chapter 60

“Kenapa sejak tadi kau bersikap dingin? Kau menyesal telah menikahiku?” tanya Melody dengan cemberutan kesalnya, pasalnya setelah selesai proses pernikahan, Javier tidak berbicara sepatah katapun apalagi memujinya yang kini telah menjadi isterinya. Sejak kemarin malam Melody melakukan berbagai perawatan, ketika matahari terbit dia berusaha tampil secantik mungkin meski pernikahannya sangat sederhana. Melody ingin Javier terpesona padanya, menatapnya dengan penub cinta. Tapi apa yang Melody dapat? Respon Javier sangat dingin, setiap diajak bicara pria itu hanya bergumam dan sibuk dengan handponenya sendiri. “Kau ini kenapa sebenarnya Javier?” tanya Melody sekali lagi, terabaikan oleh sikap dingin Javier, belum lagi Melody harus mendengar rentetatan protesan keluarganya karena pihak Javier tidak memberikan seserahan apapun seperti apa yang pernah diterimaoleh Eleanor Roven. Melody hanya mendapatkan cincin pernikahan, tanpa permata, tanpa kemewahan. Keluarga Melody sudah bere

Lagos, NigeriaMurtala Mudammed International AirportDibalik suasana bandara yang tengah ramai oleh aktivitas banyak orang, di ruangan privat yang nyaman dan tenang Killian tengah duduk di salah satu kursi terminal khusus untuk melakukan penerbangan jet pribadi. Setelah tiga hari melakukan perjalanan bisnis, hari ini akhirnya Killian dijadwalkan kembali pulang ke negeranya, ke rumah yang paling tidak pernah dia jadikan tempat pulang setiapSejak lulus sekolah, Killian memutuskan tinggal sendirian disebuah penthouse dipusat kota. Namun karena kini sudah menikah, dia akhirnya harus kembali pulang rumah masa kecilnya karena disana ada perempuan yang sudah menjadi isterinya, Eleanor.Eleanor..Saat nama itu terpanggil dalam diamnya, Killian memutar cincin pernikahan yang tidak dilepas dari jarinya sepanjang dia bepergian, membiarkan semua orang tahu bahwa dia telah menikah, membiarkan beberapa wanita yang dulu sering menjadi teman pestanya mundur tanpa perlu diberi penjelasan.Kenapa

“Nona Eleanor. Tuan Edward ingin bertemu, Anda diminta menemuinya di bangunan dekat rumah kaca,” ucap Hobson melalui telepon.“Aku akan ke sana.” Eleanor segera menutup teleponnya dan terburu-buru pergi keluar kamar.Endward dan Jenifer sangat sibuk, meski mereka tinggal di satu rumah, sangat jarang memilki kesempatan untuk bisa berjumpa dan berbincang dengan mereka. Saat matahari terbit, mereka akan pergi, dan begitu matahari tenggelam, mereka berisitirahat di ruangan pribadi.Tapi, apa yang membuat Edward meminta untuk bertemu?Di dekat rumah kaca, ada sebuah bangunan kecil dengan semua lampu yang menyala dan pintu besar yang setengah terbuka.Saat langkah kaki Eleanor mendekat, Edward yang telah menunggu sejak tadi menyambutnya dengan senyum tenang. “Eleanor, masuklah.”Sudut bibir Eleanor sedikit terangkat mengukir senyuman canggung, begitu kakinya melangkah masuk, dia menyadari bahwa ruangan yang dimasukinya kini sama persis dengan tempat latihan di studio ballet.“Kau suka? Aku

Eleanor duduk sudut kamar bersimpuh dilantai dan dikelilingi oleh tumpukan kado yang menanti untuk dibuka. Senyuman cerah tidak dapat dia sembunyikan untuk mengekspresikan kebahagiaan.Sejauh yang mampu diingat oleh jiwa Shanie, dia tidak pernah benar-benar mendapatkan kado dari seseorang.Bahkan untuk hari ulang tahunnya, Shanie Spancer hanya merayakan seadanya di barak militer, bersama rekan-rekan sesama tentara. Melalui pesta sederhana dengan beberapa gelas beer dan kue yang dibuat seadanya.Bagaimana kabar kawan-kawannya sekarang? Shanie sangat merindukan mereka.Eleanor yang berjiwa Shanie itu mengerjap pelan, mengenyahkan kesedihan yang hampir mengusai hatinya lagi. Eleanor mengalihkan seluruh perhatiannya pada semua kado yang telah diberikan orang-orang kelas atas.Jiwa Shanie ingin menikmati kesempatannya, mensyukuri hal-hal luar biasa yang dulu tidak pernah dia dapat dikehidupan sebelumnya.Eleanor membuka kado satu persatu, dan setiap kali lapisan pembungkus tersingkap, mata

“Shanie Spancer.”Saat nama itu tersebutkan, jiwa Shanie yang bersembunyi di sudut tergelap membeku bersama raga Eleanor, degup jantungnya mulai berdebar kencang memberi respon seakan rasa pada Killian yang telah dia anggap mati kembali tumbuh terpanggil. Dua kata yang keluar dari mulut Killian tidak pernah sedikitpun Shanie harapkan akan diucapkan oleh seorang pria yang telah menajadikannya barang taruhan.Apa Killian bermain-main lagi?Rasanya mustahil Shanie menjadi cinta pertamanya karena pada saat itu Killian sudah menjadi kekasih Miranda.Tapi, bagaimana jika ternyata Killian Morgan memang berbicara jujur padanya?‘Aku tidak tahu definisi jatuh cinta yang sesungguhnya itu seperti apa. Tapi aku merasa jika aku saat ini, aku jatuh cinta pada padamu’ Kata-kata sederana itu kembali terngiang, mengingatkan jiwa Shanie pada sebuah pengakuan sederhana Killian Morgan saat mereka menghabiskan sisa sore mereka dipinggiran sungai Aldes.Rahang Eleanor mengeras, menatap lekat mata Killi