Semua Bab Mendadak di Pelaminan dengan Mantan: Bab 61 - Bab 70

Langit begitu gelap diantara hembusan angin yang dingin..Aroma anggur menyebar di dalam kamar, suara rintihan halus terdengar saling bersahutan..Wajah Killian memerah, sorot matanya terlihat tajam dan liar, tubuhnya bergerak mendominasi, menahan Eleanor untuk tetap dibawah kendalnya tanpa memberinya waktu beristirahat. Di ranjang itu, Killian masih menggali kesenangan yang membuatnya semakin tidak terkendali, kehilangan akal, semakin membuatnya kehausan dan membuatnya tidak bisa berhenti meski Eleanor telah memohon dan merangkak berusaha menjauh.Killian tidak dapat menghentikan penyatuannya, gejolak disetiap nadinya tidak mereda namun semakin menggila.Pandangannya berkabut, sepanjang penyakutan mereka, apa yang dipandangnya bukanlah Eleanor, namun Shanie Spancer. Wajahnya, suaranya, bahkan caranya bergerak hanya dipenuhi oleh sosoknya.Betapa hinanya Killian, bercinta dengan isterinya, namun apa yang ada dalam bayangnya justru cinta pertamanya, wanita yang telah meninggalkannya,

Setelah selesai bersiap-siap, Eleanor akhirnya keluar dari kamarnya mengenakan stelan training hitam tertutup dari bawah dagu hingga ujung kaki, menyembunyikan banyak jejak yang sudah tidak tertolong lagi. Hari ini Eleanor memutuskan untuk tidak melakukan latihan meski akan pergi ke studio ballet.Tubuhnya perlu waktu untuk beristirahat lagi, Eleanor bahkan berpikir bahwa hari ini dia akan pergi membuat surat izin berkendara, lalu pergi ke spa untuk mendapatk pijatan.Dengan kaki yang berjalan tidak seimbang sambil menahan sakit pinggang, Eleanor melangkah pelan menyusuri dinding, matanya bergerak waspada memastikan bahwa dia tidak bertemu Killian hingga nanti matahari kembali terbenam.Jujur saja, jiwa Shanie malu bercampur gugup, dia tidak tahu harus bersikap apa didepan pria itu setelah melewati malam panas tidak terkendali, sulit untuknya bersikap biasa saja dan berpura-pura lupa.“Eleanor, selamat pagi,” sapa Javier memandangi penampilan Elenor Roven yang seperti akan pergi lar

Suasana restaurant tampak sepi begitu memasuki jam kerja, meja-meja telah terbersihkan membuat Eleanor dan Hardy bisa leluasa.Di meja yang paling dekat dengan jendela, Eleanor duduk tegak di kursinya, memperhatikan tangan lemah Hardy tengah mengambil satu persatu tulang dari sup ayam bening gingseng kesukaan Eleanor Roven.Eleanor tidak berhenti memperhatikannya dengan senyuman yanga merayap dalam jiwa. Jauh dalam lubuk hatinya yang kini berjiwa Shanie, ia teramat sangat bersyukur memiliki kesempatan untuk bisa mendapatkan kasih sayang dari sosok ayah seperti Hardy.Seorang ayah yang luar biasa dan penuh kasih sayang.Jiwa Shanie tidak yakin bahwa dulu dia pernah mendapatkan perlakuan seperti ini dari keluarganya sendiri. Diperlakukan dengan berharga, dikhawatirkan tanpa tujuan lain.Jiwa Shanie mulai ingat bahwa sepanjang hidupnya dia hanya menghabisakan waktunya untuk bekerja, sekalinya ditelepon orang-orang hanya memintanya uang tanpa peduli dengan kabarnya. Bahkan saat dia jatuh

Ruangan itu menjadi hening dalam ketegangan, semua orang terbungkam tidak dapat berkata apa-apa setelah tertangkap basah bergosip dan diberi paham dengan kenyataan kondisi kaki Eleanor yang terluka dan menjadi alasan tidak terbantahkan mengapa perfomanya menurun. Sejak awal jiwa Shanie tahu, tim balletnya akan mengalami permasalahan karena dia masih belum terbiasa. Shanie diam karena dia selalu intropeksi akan kekurangannya yang harus dia benahi. Namun hari ini kesabarannya sudah habis, Shanie harus memberi peringatan meskipun akan berisiko pengunduran diri penari pendukung. Miranda yang tersadar sikap Eleanor akan terjadi pertikaian akhirnya mendekat dan menurunkan kaki Eleanor, membawanya keluar ruangan latihan sejenak dan melihat kembali kondisi kaki Eleanor yang parah hingga kukunya membiru. "Apa kau bodoh Elenaor? Kenapa membiarkan kakimu terluka separah ini? Harusnya kau langsung menghubungi ayahku yang selalu siap 24 jam untukmu dan paman Hardy!” tegur Miranda secara tidak

Memasuki jam istirihat makan siang, Killian masih berada di ruangannya dan tenggelam dalam pekerjaan, menyibukan diri untuk mengalihkan semua kekesalan hatinya setelah ditolak dan mengganggu egonya.Killian tidak menduga, penolakan Eleanor seperti telah menjatuhkan dirinya ketempat yang lebih rendah setelah prilakunya pagi ini yang pergi kabur tanpa sepatah katapun. Killian mulai frustrasi menghadapi ketertarikan gilanya sendiri pada istrinya, yang nyatanya tak pernah memberikan sambutan serupa. Sialnya, perasaan Killian pada Eleanor Roven berkembang terlalu cepat seperti kecepatan cahaya.Andai saja Killian tahu bahwa perasaannya akan dibolak-balikan seperti ini sekarang, mungkin dia akan menjaga mulutnya, menahan semua ledekan bodoh yang kini justru menjadi tamparan untuk dirinya sendiri.Suara deringan telepon masuk terdengar ditengah lamunan yang tengah berlangsung.Killian menyipit tajam, membaca nama 'Eleanor Roven' yang tertera di layar. Ditengah rasa kesal frustasinya, jantun