“Pa, makanannya sudah dingin,” ujar Arsila.“Kamu kenapa?” tanya Hario heran.“Gak ada apa-apa, Pa. Kita sudah terlalu lama bercerita,” jawab Arsila tersenyum.Sinar matahari menembus tirai tipis café di sudut jalan utama, menimpa wajah Arsila yang terlihat tenang di permukaan, namun gelisah dalam diam. Duduk di seberang meja, Hario Jusman, sang ayah, menatap putrinya yang baru kembali setelah lebih dari setahun menghilang.Wajah tua itu menua lebih cepat dari seharusnya, kerutan di dahi dan kantung mata yang dalam menunjukkan bahwa waktu tak bersahabat dengannya, terlebih dengan semua kekacauan di keluarganya.“Pa, makan dulu,” ujar Arsila dengan senyum samar, mencoba mengalihkan pembicaraan.Hario hanya memandangi putrinya, tidak segera menyentuh makanannya. “Papa tidak habis pikir. Kamu menghilang begitu saja. Sekarang kembali dengan membawa beban lebih banyak daripada yang seharusnya kamu tanggung. Maafkan Papa, ya.”“Iya, Pa. Seharusnya aku sudah lama kembali, hanya saja aku meng
Terakhir Diperbarui : 2025-06-09 Baca selengkapnya