Dika tersenyum. "Mau mati? Memohonlah kepadaku!"Magana tak lagi sombong seperti tadi. Dia merendah seperti anjing dan memohon, "Aku mohon padamu, bunuh aku saja ....""Baiklah." Dika segera mengiakan."Makuta, Kakak datang menemanimu." Magana menutup mata dengan pasrah.Dika mengumpulkan tenaga dalam ke telapak kakinya, bersiap menendang kepala Magana. Tiba-tiba, dia merasakan sesuatu tidak beres. Dia sontak menoleh. Terlihat bayangan hitam melesat seperti kilat ke arahnya.Dika buru-buru menendang. Bam! Dia pun terpental.Barulah semua orang melihat, di samping Magana berdiri seorang pria tua. Wajahnya kemerahan, tubuhnya agak gendut, rambut putihnya diikat dengan mahkota giok, tubuhnya mengenakan jubah panjang hitam, tergantung liontin giok di pinggang. Jelas, pria tua itu juga berasal dari Kota Terlarang.Pria tua itu menunduk memandang Magana, lalu menegurnya dengan wajah masam, "Magana, kamu telah mempermalukan Kota Terlarang."Magana kaget dan segera membuka mata. Dia menatap pr
Baca selengkapnya