Semua Bab Dokter Sakti Penguasa Dunia: Bab 1011 - Bab 1020

Nada bicara pemuda itu penuh amarah. Baru saja tiba, dia langsung menyuruh Ewan untuk minggir. Ewan menaikkan alis. Dia menahan diri agar tidak langsung menampar anak sombong itu di tempat."Tempat duduk ini punyaku, cepat minggir!" bentak si pemuda."Punyamu?" Ewan tertawa dingin. "Namamu juga nggak tertulis di kursinya. Atas dasar apa kamu bilang itu tempatmu?"Pemuda itu jelas tak menyangka Ewan berani membalas. Dia tertawa sinis, wajahnya penuh amarah. "Heh, berani melawanku? Bosan hidup, ya? Teman-teman, kalian bilang gimana?""Gebukin aja!" seru salah satu anak buahnya. Beberapa pengikut pemuda itu langsung menggulung lengan baju dan siap untuk maju."Tuan, maaf ya. Kami nggak tahu kalau kursi ini milikmu. Kami akan pindah sekarang, sekarang juga," kata Nazar sambil menarik lengan Ewan.Namun, Ewan tetap diam dan tak bergerak sedikit pun. Dari sorot matanya saja, sudah jelas dia tahu anak-anak muda itu bukan apa-apa selain anak orang kaya manja yang tak bisa bela diri sedikit pun

Suara terkesiap seketika terdengar di seluruh ruangan.Dua puluh miliar untuk sebuah lukisan karya mahasiswa? Orang itu pasti gila. Semua mata menoleh ke arah penawar, ternyata Ewan."Anak bodoh, kamu sudah gila?" desis Nazar dengan wajah cemas. "Lukisan murahan begini, mana pantas dibayar 20 miliar?"Ewan tersenyum santai. "Apa boleh buat, siapa suruh aku kebanyakan uang."Belum sempat suasana tenang, suara tawa keras menggema dari depan."Hahaha! Astaga, ini kocak sekali!" Petrus memegangi perut sambil tertawa. "Dari mana datangnya orang bebal seperti ini? Beli sampah begitu dengan 20 miliar? Otaknya pasti ditendang keledai!"Para pengikutnya pun ikut terbahak."Ck, ck, ck ... banyak uang tapi bodoh.""Lukisan begini, kasih ke aku gratis pun aku tolak.""Benar, ini definisi baru dari orang kaya yang tolol!""Hahaha!"Suasana ruangan dipenuhi tawa ejekan.Pembawa acara sempat ragu dan memastikan, "Pak, apakah benar Anda bersedia membeli lukisan ini dengan harga 20 miliar?""Tentu saja

"Dua puluh miliar! Aku ambil!"Begitu suara itu terdengar, semua orang menoleh. Yang mengajukan tawaran adalah Ewan.Dalam sekejap, seluruh ruangan langsung gempar."Dua puluh miliar buat seonggok batu? Orang ini gila!""Gila? Itu sudah kelewat gila, dia pasti sakit jiwa!""Entah dari mana munculnya orang kaya tolol ini, sebelumnya sudah buang uang 20 miliar buat lukisan mahasiswa, sekarang malah 20 miliar lagi buat batu kuburan. Benar-benar bodoh!""Walau Prasasti Tujuh Pembunuhan terkenal karena asal-usulnya yang mengerikan, auranya terlalu jahat. Barang begini nggak pantas disimpan, apalagi itu benda yang diincar Petrus!""Dia berani menyaingi Petrus? Itu sama saja cari mati!"Nazar buru-buru mencondongkan tubuh ke arah Ewan dan berbisik cemas, "Anak gila, prasasti itu mengandung aura pembunuhan yang berat, benda sial penuh malapetaka! Kamu mau apa dengan itu?""Aku peringatkan, menyimpan barang begini cuma akan mendatangkan celaka. Selain itu, harganya jelas nggak sampai 20 miliar!

Benarkah ada harta di dalam batu itu?Seluruh ruangan terdiam dengan kaget. Beberapa detik kemudian, semua mata langsung membelalak, menatap panggung tanpa berkedip.Di dalam batu prasasti yang pecah, terpampang sebilah pedang melengkung dengan ukiran naga di gagangnya. Itu adalah sebuah pedang cincin bermata tunggal yang memancarkan kilau tajam memantul ke segala arah.Pedang itu tidak memiliki sarung. Di bawah cahaya lampu, bilahnya berkilau keperakan, dingin seperti es, bahkan mampu memantulkan bayangan orang yang melihatnya. Aura membunuh yang tadi memenuhi seluruh ruangan berasal dari pedang ini!Salah satu anak buah Petrus berseru pelan, "Pak Petrus, di dalam batu itu benaran ada harta ... sebilah pedang!""Mataku nggak buta! Perlu kamu jelasin?" bentak Petrus dengan wajah masam. Dia benar-benar tidak menyangka, Ewan benar-benar menemukan sesuatu dari dalam batu itu. Selain itu, pedang itu bukan sembarang benda. Hanya dengan sekali lihat saja, semua orang bisa merasakan pedang it

Ewan baru selesai bicara, semua orang langsung menatapnya dengan tatapan tak percaya."Kamu ini gila ya?""Berani-beraninya nyuruh Petrus makan batu nisan, dia mau mati?""Menurutku dia sudah bosan hidup!""Benar-benar bocah tak tahu diri. Berani menantang Petrus, mati 100 kali pun nggak cukup!"Mata Petrus masih menatap panas ke arah Pedang Rajawali, dan setelah mendengar ucapan Ewan barusan, alisnya langsung terangkat tajam."Kamu tahu siapa aku?" Petrus menatap Ewan dengan wajah muram dan nada bicaranya penuh ancaman."Aku nggak peduli kamu siapa. Yang aku peduli cuma satu, kamu mau makan batu nisan itu atau nggak?" kata Ewan datar. "Kenapa? Kamu sendiri yang ngajak taruhan, sekarang mau ingkar janji?"Belum sempat Petrus marah, para anak buahnya sudah melompat maju dan menunjuk Ewan sambil memaki, "Bajingan, kamu cari mati ya?""Berani songong di depan Bos, kamu benar-benar bosan hidup?!""Kamu tahu nggak kamu lagi ngomong sama siapa?!""Kayaknya kamu belum tahu siapa sebenarnya Pa