"Entah Kakak masih hidup atau nggak, aku yakin dia pasti akan bangga padamu. Ewan, aku benar-benar menaruh harapan besar padamu!""Terima kasih, Paman," ucap Ewan tulus.Dika tersenyum tipis. "Nomor teleponku sudah kuberikan pada Neva. Kalau kamu butuh sesuatu, hubungi saja langsung. Aku masih ada urusan lain, jadi harus pergi dulu.""Baik," Ewan mengangguk.Ketika Dika sampai di ambang pintu, dia tiba-tiba menoleh lagi dan berkata, "Sejak zaman dulu, wanita cantik sering jadi sumber petaka. Jangan terlalu dekat dengan banyak perempuan. Makin banyak, makin merepotkan.""Lembutnya pelukan wanita bisa melemahkan semangat seorang pahlawan. Jangan sampai kamu kehilangan tekad hanya karena cinta. Ingat baik-baik itu."Ya, aku tahu," jawab Ewan santai, tak terlalu menanggapi.Meskipun Dika sering terlihat dingin dan kaku, begitu mulai bicara, ternyata mulutnya tak kalah cerewet."Baguslah kalau kamu tahu." Dika baru saja melangkah keluar dari kamar, tapi kembali menoleh lagi. "Pertimbangkan
อ่านเพิ่มเติม