บททั้งหมดของ Dokter Sakti Penguasa Dunia: บทที่ 1121 - บทที่ 1130

Neva juga menghela napas pelan."Gendut, kirim pesan ke Pak Lira di UGD. Bilang saja orangnya sudah meninggal," bisik Ewan."Baik."Betandi segera mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan.Saat itu, ayah si remaja tiba-tiba bangkit dan menunjuk dua wanita di tengah kerumunan sambil berteriak keras, "Anakku mati! Kalian ganti nyawa anakku! Kalian ganti anakku!"Sambil terisak, dia hendak menerjang ke arah dua wanita itu. Kerumunan segera menahan sang ayah agar tidak memukul mereka.Ewan melirik dua wanita itu. Pakaian mereka sangat seksi. Rok pendek, stoking, sepatu hak tinggi, tas bermerek, rambut basah kuyup, wajahnya tampak tanpa emosi.Apa kematian remaja itu ada hubungannya dengan mereka?Saat itu, ayah remaja itu kembali berteriak ke arah dua wanita itu, "Kalian yang menyebabkan anakku mati!""Kalau bukan karena menyelamatkan kalian, anakku nggak akan mati!""Dia baru 15 tahun ... hiks ...."Salah satu wanita berkata dengan dingin, "Kenapa kamu menyalahkan kami atas kematian a

Plung!Kedua wanita itu jatuh ke dalam sungai bersamaan."Ah! Tolong ...!""Aku akan mati!"Keduanya berteriak sekuat tenaga sambil panik mengibas-ngibaskan tangan.Semua orang di tempat itu terkejut dengan tindakan Ewan. Tidak ada yang menyangka dia benar-benar melempar kedua wanita itu ke sungai. Walaupun menenangkan hati yang kesal, kalau dua wanita itu mati, Ewan juga akan terkena masalah besar."Pak, sudahlah. Biar aku yang selamatkan mereka," kata Betandi sambil buru-buru melepas pakaiannya, bersiap melompat untuk menolong.Orang tua remaja itu juga berkata, "Anak muda, terima kasih untuk semua yang kamu lakukan. Tapi kalau mereka mati, kamu bisa dipenjara. Sudahlah."Kerumunan pun berteriak panik, "Selamatkan mereka cepat ...!""Tolong cepat!""Jangan sampai ada yang mati lagi!""Nggak ada yang boleh bergerak!"Suara Ewan menggema, penuh tekanan kuat yang membuat semua orang berhenti bergerak. Dia menatap dua wanita yang sedang tersedak air sungai sambil berjuang agar tetap di p

Lexi menggeliat manja dalam pelukan pria muda itu, tubuhnya terus menggesek dada pria itu dengan sengaja.Pria muda itu berkata datar, "Ewan bukan orang yang mudah dibunuh. Demi membunuh dia, kita sudah kehilangan banyak orang. Kali ini aku turun tangan sendiri, aku harus menunggu waktu yang paling tepat untuk menghabisinya."Lexi sekarang hanya ingin Ewan cepat mati. Dia menatap pria muda itu, matanya berkedip genit, lalu tiba-tiba duduk di atas pangkuan pria itu. "Tuan, selama kamu membantuku membunuh Ewan, seumur hidup aku akan mengikutimu.""Beberapa wanita Ewan itu juga cantik-cantik. Kalau Ewan cepat mati, kamu bisa mendapatkannya lebih cepat. Mereka cantik seperti bidadari. Aku yakin mereka bisa membuat Tuan sangat puas."Mendengar hal itu, mata pria muda itu langsung berbinar, jelas sekali pikirannya mulai bergerak.Lexi tahu kata-katanya sudah mengenai titik kelemahan pemuda itu. Jadi, dia pun melanjutkan, "Terutama Lisa ... sangat menggoda, sekali lihat saja kelihatan begitu

"Pada saat itu, setiap orang akan mengekang dirinya dengan moral. Cara mereka mengejar kebahagiaan serta kesuksesan pun akan berbeda.""Tanpa jabatan, tanpa kekuasaan, tanpa harus mencari uang besar pun seseorang bisa merasa bahagia. Bisa hidup tenang di hari tua, bisa berobat saat sakit, anak-anak punya tempat bergantung, dan semua orang punya tempat tinggal."Perasaan Ewan membaik sedikit. Dia berkata, "Mendengar penjelasanmu seperti ini lebih berharga daripada membaca selama sepuluh tahun. Kak Neva, kalau kamu mengajar, kamu pasti jadi seorang pendidik yang luar biasa."Neva tersenyum dan menyahut, "Mengajar bukan sesuatu yang bisa kulakukan. Aku tetap lebih suka jadi dokter. Menemanimu adalah tujuan hidupku."Saat keduanya berbicara, mobil sudah tiba di tempat tinggal Neva."Nggak masuk dulu?" tanya Neva."Masuk buat duduk ... atau itu?" Ewan tersenyum nakal.Neva meliriknya sekilas dan menimpali, "Lebih baik kamu pergi cari Lisa."Setelah mengatakannya, dia turun dari mobil."Isti

Namun, sebelum Ewan sempat menekan tombol panggil, tiba-tiba dia mendengar para penggemar itu berteriak histeris."Aaahhh! Candy datang!""Candy datang!""Candy, aku cinta kamu!"Teriakan para penggemar itu memekakkan telinga, seolah-olah ingin mengguncang seluruh bandara.Tak lama kemudian, Ewan melihat Candy.Candy berdiri di eskalator, mengenakan setelan olahraga hitam, memakai topi bisbol berwarna pink dan masker hitam. Di bahunya tergantung tote bag bergambar wajahnya sendiri. Dia tampak muda, segar, dan ramah.Di belakang Candy, ada seorang asisten yang mendorong koper.Melihat Candy hampir turun dari eskalator, para penggemar berusaha keras merangsek ke depan, ingin sedekat mungkin dengan idola mereka.Petugas keamanan bandara kewalahan. Akhirnya, puluhan petugas bergandengan tangan membentuk barikade melingkar untuk menahan para penggemar di luar.Setelah Candy turun dari eskalator, dia melepas maskernya, lalu mengangkat tangan, memberi isyarat agar semua diam.Sekejap, seluruh