All Chapters of Dokter Sakti Penguasa Dunia: Chapter 571 - Chapter 580

'Bajingan!' Ewan mengutuk dalam hati.Sebagai direktur utama rumah sakit, Darwin bukan hanya terang-terangan meminta sogok, malah langsung buka mulut minta satu miliar. Nafsu tamaknya benar-benar luar biasa.Kalau yang dihadapinya adalah orang yang kaya raya, mungkin ceritanya akan lain. Namun, ini adalah seorang ibu tunggal. Di zaman sekarang, mungkin orang lain tidak paham betapa sulitnya hidup seorang janda dengan anak. Akan tetapi, Ewan sangat mengerti.Sejak kecil, dia hanya hidup berdua dengan Aruna dan sudah banyak menerima penderitaan.Ewan benar-benar tak habis pikir. Kenapa sampah seperti Darwin bisa jadi direktur rumah sakit? Keterlaluan!Saat itu, wanita itu berkata dengan suara bergetar, "Pak Darwin, Anda tahu kondisi keluarga saya. Suami saya sudah meninggal, orang tua mertua pun sudah nggak ada. Dari mana saya bisa pinjam uang sebanyak itu?""Terus terang, 60 juta ini pun saya dapat dengan menjual perhiasan saya.""Pak Darwin, saya mohon, tolong segera atur operasi untuk

Darwin melihat Ewan melangkah mendekat dengan tinju yang terkepal dan wajahnya yang beringas."Ewan, apa yang mau kamu lakukan!" Darwin panik. Tubuh Ewan lebih tinggi darinya, kalau sampai benar-benar baku hantam, dia jelas hanya akan jadi samsak."Apa yang kulakukan?" Ewan menyeringai. "Tentu saja memukul binatang."Bugh!Sebuah pukulan telak mendarat di wajah Darwin.Dalam sekejap, Darwin merasa kepalanya berputar hebat. Tubuhnya terhuyung mundur beberapa langkah sebelum akhirnya jatuh terduduk di lantai.Ewan segera meraih Millie yang masih ketakutan di sofa dan membantu wanita itu berdiri.Millie memaksakan senyum penuh rasa terima kasih sambil berbisik lirih, "Terima kasih."Ewan menenangkan, "Jangan takut, ada aku di sini. Nggak ada seorang pun bisa mengganggumu."Mendengar kalimat itu, Millie menatap Ewan dalam-dalam. Entah kenapa, sosok pemuda ini membuatnya merasa penuh rasa aman.Darwin masih terduduk di lantai. Satu tangannya menutupi wajahnya yang nyeri, satu tangan lainnya

"Maaf, Pak, memang saya yang tidak becus." Sekretaris itu kembali menunduk dalam-dalam, suaranya terdengar penuh penyesalan.Darwin melanjutkan dengan gusar, "Dari diangkat jadi dokter tetap sampai naik jadi Kepala Bagian Pengobatan Tradisional, waktunya bahkan belum sampai dua bulan. Itu sangat nggak masuk akal!"Sekretaris mengangguk. "Memang agak tidak masuk akal. Tapi saya sudah teliti arsipnya, juga bertanya pada beberapa kepala bagian lain. Mereka bilang, memang Neva yang secara khusus merekomendasikan Ewan dan prosedurnya tetap sah."Darwin marah besar dan memaki, "Dasar wanita murahan itu! Sudah pergi dari Papandaya pun masih sempat meninggalkan satu bocah nekat di sini. Aku rasa dia sengaja melakukannya hanya untuk membuatku muak!"Sekretaris ragu sejenak, lalu bertanya, "Pak ... kalau boleh tahu, luka di wajah Anda tadi bagaimana ceritanya?"Pertanyaan itu justru membuat Darwin semakin murka. "Itu ulah si bajingan Ewan!" Darwin menggertakkan gigi. "Kurang ajar! Berani-beranin

"Siapa sangka, baru saja aku selesai mengurus rawat inap Sekar, langsung terdengar kabar kalau Darwin dipindahkan ke sini menjabat sebagai direktur.""Bukan hanya itu, Darwin juga tahu kalau Sekar dirawat di sini, makanya dia sengaja memerintahkan dokter agar nggak mengatur jadwal operasi untuk Sekar.""Sekarang kondisi Sekar semakin parah, operasinya sudah nggak bisa ditunda lagi. Aku terpaksa pergi memohon pada Darwin. Lalu semua yang terjadi setelahnya, tadi kamu sudah lihat sendiri."Saat Millie berkata sampai di sini, air matanya sudah tidak bisa dibendung lagi. Sebagai seorang ibu, melihat kondisi anaknya yang semakin memburuk, tetapi setiap langkah selalu dihalangi, dia hampir hancur."Terus, selanjutnya rencanamu apa?" tanya Ewan.Millie menjawab, "Kalau di sini nggak ada yang mau menjadwalkan operasi untuk Sekar, aku hanya bisa memindahkannya ke rumah sakit lain.""Mau dipindahkan ke rumah sakit mana?" tanya Ewan lagi."Ke ibu kota, ke Surajaya, atau ke Kota Yesalu. Pokoknya b

Ewan menenangkan Millie sesaat, lalu pandangannya jatuh ke Sekar. Dia berkata, "Gadis kecil ini sebetulnya nggak ada masalah besar pada tubuhnya. Aku hanya perlu tusuk beberapa jarum, pasti beres."Kemudian, dia mengeluarkan kotak jarum dari saku. Saat dibuka, deretan jarum emas tampak berkilau."Dokter Ewan, kamu nggak boleh menangani pasien ini." Tiba-tiba, sebuah suara yang tidak pada tempatnya terdengar.Ewan menengadahkan, menatap dokter yang berbicara itu, lalu menanyakan, "Kenapa?""Pasien ini bukan dari Departemen Pengobatan Tradisional, jadi kamu nggak boleh sembarangan menangani. Kalau sampai terjadi masalah ...."Belum sempat dokter itu menyelesaikan kalimatnya, Ewan sudah menyela dengan tegas, "Kalau kalian takut dimintai tanggung jawab, gampang saja, aku pindahkan pasien ini ke Departemen Pengobatan Tradisional.""Dokter Ewan, pasien ini nggak bisa dipindahkan ke departemen lain." Dokter lain berkata demikian."Maksud kalian apa?" Wajah Ewan menjadi suram. Tiba-tiba, aura