"Alvaro, kenapa? Kenapa kau begitu keras kepala? Begitu sulitkah untuk meminta maaf?"Siti menuntut, suaranya bergetar, sementara kekecewaan membanjiri matanya.Dia tidak bisa memahami bagaimana pria yang dulu penuh percaya diri itu, kini jatuh sedalam ini, berani main tangan pada Melisa, mengurung diri dalam tembok pikiran sempit, dipenuhi cemburu, dan membalas kebaikan dengan kekejaman.Hanya sebuah permintaan maaf, apa sesulit itu?Siti berharap tamparan tadi bisa menyadarkannya."Tenggelamlah dalam kegelapan, Alvaro. Rasakan penderitaan yang kualami!" bisik Jumadi dengan ekspresi nakal, matanya menikmati kekacauan itu.Ada rasa kepuasan aneh yang tumbuh di dadanya, kehangatan keji menyaksikan semua orang hancur, melihat wajah mereka berubah karena penderitaan.Penderitaan adalah taman bermainnya.Menyaksikan orang lain tenggelam di dalamnya? Hanya itu yang membuatnya merasa hidup.Dia harus meneteskan darah sedikit demi membuat aktingnya meyakinkan. Melihat Siti menampar Alvaro, di
Read more