Satu per satu, setiap tamu melangkah maju dengan raut penuh tekad yang suram.Setiap kali seseorang mendekat, terdengar dua tamparan keras. Satu mendarat di pipi Melisa, satu lagi di pipi Hasim, lalu tamu itu pergi tanpa menoleh sedikit pun.Itu jadi parade penghinaan tanpa henti, semua orang terlalu takut untuk menentang pria yang memerintah mereka.Saat barisan tamparan itu berlanjut, seorang bawahan dari Organisasi Kujaya menyerahkan map tebal kepada Alvaro.Begitu membaca isinya, ekspresinya langsung menggelap.Namun tamparan terus berlangsung, seakan-akan para tamu itu adalah barisan pekerja pabrik.Wajah Melisa membengkak sampai dua kali lipat, bibir Hasim pun pecah dan bengkak parah.Air mata mengalir di pipi Melisa saat dia merintih, "Aku minta maaf."Alvaro menyilangkan tangan, wajahnya tak menunjukkan kesan."Oh, seriusan? Katakan padaku, Melisa, pernahkah kau mengampuni seseorang yang memohon belas kasih padamu?"Melisa terisak, suaranya bergetar. "Pernah. Maksudku, kalau ad
Read more