Cahaya pagi menerobos perlahan dari celah tirai, menyusup lembut ke dalam kamar. Dupa semalam masih menyisakan aroma samar, bercampur dengan wangi teh hangat, dan sesuatu yang tak bisa kujelaskan—semacam rasa malu dan geli yang terus mengendap sejak semalam.Kupalingkan wajah, dan seperti sudah kuduga, dia masih di sana. Dengan rambut panjang terurai dan wajah santai yang menyebalkan, Ye Qingyu menuangkan teh seolah pagi ini adalah pagi yang biasa."Bangun juga akhirnya," gumamnya, tanpa menoleh, seolah akulah si pemalas yang baru bangun setelah 'kejadian semalam'.Kupaksa tubuhku duduk, selimut langsung kutarik menutupi dada. "Kau bangun terlalu pagi untuk orang yang semalam 'luar biasa agresif'." Nada suaraku tenang, tapi hatiku masih berdebar. Sialan ….Dia menoleh, bibirnya menahan senyum. Bajunya belum rapi, rambut masih jatuh ke dahi, tapi entah kenapa, kuharap dia tidak melihat betapa wajahku mungkin baru saja berubah merah.Seakan tak bersalah, dia berjalan mendekat membawa s
Last Updated : 2025-07-27 Read more