Share

Bab 115 : Tertangkap Basah

Author: Xiao Chuhe
last update Last Updated: 2025-07-27 22:08:17

Cahaya pagi menerobos perlahan dari celah tirai, menyusup lembut ke dalam kamar. Dupa semalam masih menyisakan aroma samar, bercampur dengan wangi teh hangat, dan sesuatu yang tak bisa kujelaskan—semacam rasa malu dan geli yang terus mengendap sejak semalam.

Kupalingkan wajah, dan seperti sudah kuduga, dia masih di sana. Dengan rambut panjang terurai dan wajah santai yang menyebalkan, Ye Qingyu menuangkan teh seolah pagi ini adalah pagi yang biasa.

"Bangun juga akhirnya," gumamnya, tanpa menoleh, seolah akulah si pemalas yang baru bangun setelah 'kejadian semalam'.

Kupaksa tubuhku duduk, selimut langsung kutarik menutupi dada. "Kau bangun terlalu pagi untuk orang yang semalam 'luar biasa agresif'." Nada suaraku tenang, tapi hatiku masih berdebar.

Sialan ….

Dia menoleh, bibirnya menahan senyum. Bajunya belum rapi, rambut masih jatuh ke dahi, tapi entah kenapa, kuharap dia tidak melihat betapa wajahku mungkin baru saja berubah merah.

Seakan tak bersalah, dia berjalan mendekat membawa s
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 116 : Orang Baru

    Aku kembali masuk ke dalam kamar, dan mendapati Ye Qingyu sudah bersiap dengan pakaian formalnya. Warna biru gelap dengan bordiran awan dan ombak menghiasi jubah luarnya, menciptakan kesan tangguh namun tenang. Aku menatapnya dan berkedip beberapa kali. Dalam hati, ada rasa yang sulit dijelaskan, campuran kagum dan sedih yang tak pernah berubah setiap kali melihatnya akan pergi."Mau ke mana?" "Tentu saja bekerja." Ye Qingyu mengangkat bahu. Aku ber-oh pelan. Aku melupakan satu hal. Ye Qingyu itu, kan, memang bekerja di perbatasan. Dan seharusnya dia sama seperti Kedua Kakak Ipar dan mertuaku yang tinggal lama di sana supaya lebih cepat mengurus pekerjaan. Tapi Ye Qingyu memaksakan diri pulang-pergi dari kediaman ke Perbatasan Barat yang menempuh jarak berjam-jam. Dia melakukan itu untuk tidak membuatku kesepian di rumah. Aku berjalan mendekat dan memeluknya. "Hati-hati di jalan. Jangan melupakan waktu makan." Tidak ada gunanya membujuknya untuk tidak perlu repot-repot pulang-pe

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 115 : Tertangkap Basah

    Cahaya pagi menerobos perlahan dari celah tirai, menyusup lembut ke dalam kamar. Dupa semalam masih menyisakan aroma samar, bercampur dengan wangi teh hangat, dan sesuatu yang tak bisa kujelaskan—semacam rasa malu dan geli yang terus mengendap sejak semalam.Kupalingkan wajah, dan seperti sudah kuduga, dia masih di sana. Dengan rambut panjang terurai dan wajah santai yang menyebalkan, Ye Qingyu menuangkan teh seolah pagi ini adalah pagi yang biasa."Bangun juga akhirnya," gumamnya, tanpa menoleh, seolah akulah si pemalas yang baru bangun setelah 'kejadian semalam'.Kupaksa tubuhku duduk, selimut langsung kutarik menutupi dada. "Kau bangun terlalu pagi untuk orang yang semalam 'luar biasa agresif'." Nada suaraku tenang, tapi hatiku masih berdebar. Sialan ….Dia menoleh, bibirnya menahan senyum. Bajunya belum rapi, rambut masih jatuh ke dahi, tapi entah kenapa, kuharap dia tidak melihat betapa wajahku mungkin baru saja berubah merah.Seakan tak bersalah, dia berjalan mendekat membawa s

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 114 : Kesibukan Harian

    Fajar baru saja menyingsing ketika cahaya matahari pertama menyentuh kisi-kisi jendela kamarku. Aku membuka mata perlahan, kelopak mataku terasa berat, hawa dingin terasa semakin menusuk tulang. Tapi sebelum sempat meringkuk lagi dalam kehangatan selimut, suara ketukan pelan terdengar dari luar."Nyonya Muda …, hari sudah pagi. Air hangat sudah disiapkan," suara Chunhua terdengar lembut namun penuh semangat dari balik pintu.Aku menghela napas berat dan bangkit dari tempat tidur. Rambutku tergerai berantakan, tapi aku menepis keinginan untuk kembali berbaring.Sebagai Nyonya Muda dari Kediaman Jenderal Ye, tak ada kemewahan bernama 'malas-malasan di pagi hari'. Rumah ini adalah istana kecil, dan aku—penguasa kecil yang harus menjaga kehormatannya.Aku menoleh samping, tempat tidur Ye Qingyu kosong, dan sudah rapi kembali. Chunhua masuk ke dalam sambil membawa handuk kering. "Selamat pagi, Nyonya Muda." "Ye Qingyu pergi ke mana?" tanyaku. Chunhua tersenyum hangat. "Tuan Muda mening

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 113 : Diawasi

    "Ada satu kabar baik," ujar Ye Qingyu pelan, "dan satu kabar buruk."Aku masih duduk dengan tangan menyilang, mata menatap lurus ke arah suamiku yang kini duduk di pinggir tempat tidur dengan raut wajah lebih serius dari biasanya."Kau mau dengar yang mana dulu?" tanyanya.Aku mendesah pendek. "Bilang saja semuanya. Aku tak sedang ingin bermain tebak-tebakan tengah malam begini."Ye Qingyu mengangguk. Suaranya turun satu oktaf, tenang tapi berat—nada yang selalu ia pakai saat hendak menyampaikan sesuatu yang tidak akan kusukai."Ternyata, pria misterius yang memalsukan suratmu itu sering terlihat berada di beberapa rumah hiburan berbeda."Aku mendengus kecil. "Rumah hiburan lagi. Memang, sepertinya semua hal kotor dan mencurigakan selalu berawal dari tempat semacam itu."Tapi kalau memang seperti itu, harusnya aku segera meminta Ye Qingyu berhenti menyelidikinya lagi. Bagaimana jadinya jika dia malah kecanduan bermain di tempat hiburan karena terlalu sering menyelidiki di sana?"Tapi

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 112 : Cemburumu Besar Sekali

    Malam sudah terlalu larut ketika pintu kamar bergeser perlahan.Suara engsel yang berderit nyaris tak terdengar, tapi cukup untuk membuatku mengerjapkan mata. Aku belum tidur. Hanya merebahkan diri dengan lampu minyak yang tinggal setengah nyala.Langkah kaki itu berhenti di sisi tempat tidur. Aroma dingin malam dan debu jalanan menempel di jubah panjangnya. Aku menoleh ke belakang, dia sudah berjalan mendekat, aroma tubuhnya yang khas tercium samar. Suamiku akhirnya pulang.Kupikir dia tak akan kembali malam ini. Bagaimana pun, terlihat jelas bahwa penyelidikan pria misterius itu memakan waktu cukup lama. Aku duduk tiba-tiba setelah mencium aroma lain yang sebenarnya tidak lagi asing. Gerakan itu membuat tubuh Ye Qingyu terlonjak sedikit. "Eh? Kau belum tidur?"Aku menatapnya datar. "Mana mungkin aku bisa tidur dengan tenang sebelum kau pulang."Nada suaraku mungkin terlalu tenang, tapi ada bara kecil di baliknya. Aku menatap dengan mata memicing, membiarkan Ye Qingyu menebak-neba

  • Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku   Bab 111 : Mengenali Siapa Dirimu

    Beberapa detik setelah kalimat itu lepas dari bibirku, kami terdiam. Bahkan napasku sendiri terdengar terlalu keras. Waktu seolah berhenti, membeku di antara desir angin dan ketegangan yang menggantung di udara.Xin Jian tidak langsung menjawab.Ia mundur setapak, menatapku lurus-lurus. Matanya yang biasanya dingin seperti baja, kini tampak berkabut. Tidak, bukan karena bingung. Tapi karena dia sedang menimbang sesuatu."Apa kau serius?" tanyanya akhirnya. Suaranya datar, tapi sorot matanya tidak.Aku diam. Tanganku meremas jubah di sisi paha, tidak terlalu kencang, tapi cukup membuat kuku menekan kulit."Aku hanya bertanya," bisikku. "Hanya ingin tahu apakah itu mungkin untuk dilakukan."Xin Jian menautkan alisnya. Ia tidak berkata apa-apa selama beberapa saat. Namun aku tahu betul, di kepalanya kini pasti sedang berlangsung perdebatan sengit. Tentang beberapa pertanyaan yang mungkin tidak berani dia tanyakan. "Apa kau penasaran …, kenapa aku bisa memikirkan hal buruk seperti itu?"

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status