Neina merasa darahnya berdesir ke kepala. Berdiri di depan? Biasanya, notulen duduk di sudut, tidak menjadi pusat perhatian. Ini jelas sebuah panggung yang sengaja disiapkan untuknya. Tak ingin membuat Kendra marah padanya. Dengan langkah ragu, Neina berjalan menuju ujung meja, tepat di samping layar proyektor. Ia memegang buku catatannya erat-erat, seolah buku itu adalah satu-satunya pelampung di tengah lautan kecemasan. Wajahnya terasa panas, menyadari tatapan ingin tahu dari para manajer senior."Nah, sekarang, kita bisa melanjutkan." Keandra berkata, nadanya tegas dan tennag, seolah tidak ada yang aneh dengan permintaannya.Rapat berlanjut, membahas strategi pemasaran, target penjualan, dan laporan keuangan. Neina berusaha keras mencatat setiap kata, setiap angka, setiap keputusan. Tangannya gemetar saat menulis, pena yang dipegangnya terasa licin. Ia bisa merasakan tatapan para manajer sesekali mendarat padanya, kemudian beralih ke Keandra, seolah ada percakapan tak terucap yan
Last Updated : 2025-07-20 Read more