Hanna mendadak terdiam. Wajahnya pucat dan tubuhnya limbung, sorot matanya yang terlihat lugu mulai berkaca-kaca.Vanesa menatapnya dengan dingin, diam-diam menghitung dalam hati.Satu, dua, tiga ....Hanna memejamkan mata, tubuhnya yang ramping jatuh ke lantai."Hanna!"Steven segera menggendong Hanna yang pingsan, menatap Vanesa sejenak, lalu berbalik dan pergi dengan langkah cepat.Vanesa hanya menyaksikan semuanya dengan tatapan dingin, tanpa sedikit pun rasa tergerak di hatinya.Hanna selalu bisa pingsan pada waktu yang sangat tepat. Hanya Steven yang karena cintanya membutakan logika, tidak bisa menyadarinya.Dia menutup pintu ruang perawatan, memejamkan mata, dan menarik napas dalam-dalam."Vanesa."Vanesa membuka mata ketika mendengar panggilan itu, bertemu dengan mata ibunya yang sembab."Vanesa, sebenarnya ada apa antara kamu dan Pak Steven?" Setelah mengucapkan itu, Yuna buru-buru menambahkan, "Ini bukan karena Ibu curiga padamu, Ibu cuma khawatir."Vanesa melangkah mendekat
Baca selengkapnya