Semua Bab Cinta Kita Sudah Sampai Ujung: Bab 441 - Bab 450

Pernikahan ditunda.Vanesa tetap di kamar dan tidak keluar.Siang harinya, Bibi Clara datang membawakan makanan.Saat melihat Vanesa duduk di tempat tidur dengan mata terpejam, Bibi Clara menghela napas pelan.Bilangnya sih acara pernikahan, tetapi pengantin cantik satu ini sama sekali tidak terlihat bahagia.Semua orang bisa melihat betapa tidak harmonis dan anehnya pernikahan ini.Masalahnya, Steven membayar mereka untuk datang dan melakukan pekerjaan mereka. Mereka tidak berhak menghakimi apa yang dilakukan majikan mereka.Agak menyedihkan bahwa pria kaya dan berkuasa seperti Steven tidak bisa mendapatkan cinta yang diinginkannya.Memang perasaan adalah hal yang tidak bisa dipaksakan di dunia ini.Bibi Clara menghampiri Vanesa dan berkata dengan lembut, "Nyonya, silakan makan dulu. Tuan tadi bilang pernikahannya baru akan digelar malam ini. Silakan makan dulu untuk mengisi perut."Vanesa membuka matanya dan menatap Bibi Clara.Setelah beberapa saat, matanya tertuju pada makanan yang

Pupil mata Vanesa menyusut tajam.Dia ... melakukannya ....Dia akhirnya menusukkan pisau kebencian ke tubuh Steven dengan tangannya sendiri.Vanesa bisa merasakan cairan yang lengket dan hangat di telapak tangannya.Vanesa tahu bahwa itu adalah darah Steven.Steven tidak bergerak, bahkan tidak menunjukkan tanda-tanda perlawanan.Sudah mati?Steven sudah meninggal?Vanesa membunuhnya?Air mata pun mengalir dari sudut mata Vanesa.Napas Vanesa menderu, sekujur tubuhnya gemetar."Vanesa ...."Steven perlahan mengangkat kepalanya dan menatap Vanesa.Wajah Steven tampak pucat, dahinya berkeringat.Mata Vanesa terbelalak seolah dia baru tersadar dari keterkejutan. Vanesa menarik tangannya yang memegang gagang pisau, lalu menjerit dan mendorong Steven menjauh.Steven mengerang dan jatuh ke samping.Vanesa duduk, lalu bergerak mundur menggunakan tangan dan kakinya.Dia mundur ke tepi tempat tidur dan tanpa sengaja berguling ke lantai. Vanesa mengabaikan rasa sakit di sekujur tubuhnya, lalu ba

Setelah meneguk semangkuk sup jahe, tubuh Vanesa terasa jauh lebih hangat.Dia menyerahkan mangkuknya pada Clara. "Terima kasih, Bibi Clara."Clara menerima mangkuk itu sambil menghela napas. "Nyonya, aku nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi antara kamu dan Pak Steven. Tapi, aku baru saja bertanya pada dokter. Katanya, kondisi Pak Steven cukup kritis. Kita harus segera ke rumah sakit. Kalau nggak, Pak Steven mungkin ....""Kalau dia mati, aku sendiri yang akan menyerahkan diri ke polisi."Clara terdiam.'Bukan itu maksudnya!'Ekspresi Vanesa tetap datar, suaranya dingin menusuk saat berujar, "Tapi, aku nggak akan pernah menyesal karena telah menusuknya!"Clara makin terdiam.'Ya sudahlah, kelihatannya Nyonya Vanesa benar-benar sangat membenci Pak Steven.'Clara sadar bahwa bahwa saat ini lebih baik dia diam saja dan tidak mengatakan apa-apa.Vanesa tetap berada di kabin milik Clara.Vanesa tidak berani tidur. Meski Clara sudah berulang kali membujuk agar Vanesa berbaring dan beristir

Jake menatap Jerry dan bertanya, "Sebenarnya, apa hubunganmu dengan Tuan Ketujuh?"Jerry dapat melihat dengan jelas kecurigaan di mata Jake.Dia tersenyum lembut. "Bos besar yang belakangan ini mengundangku ke Kota Amari untuk berobat, itu adalah Tuan Ketujuh."Mendengar itu, Jake mengernyit. "Tuan Ketujuh sedang sakit?""Ya, bukan kanker sih, tapi mungkin karena dulu kurang memperhatikan kesehatannya, jadi ada banyak penyakit ringan yang menumpuk."Mendengar itu, Jake mengerutkan dahi. "Kalau begitu, menurutmu, Tuan Ketujuh itu orang yang seperti apa?"Jerry terdiam sejenak, lalu balik bertanya, "Apa Pak Jake merasa Tuan Ketujuh nggak bisa dipercaya?"Jake tertegun, lalu buru-buru menjawab, "Bukan begitu, hanya saja, kemarin lusa Dokter Alex bilang beberapa hal soal Tuan Ketujuh di Negara Agola.""Aku dan Tuan Ketujuh murni sebatas dokter dan pasien. Soal urusan pribadinya, aku pun nggak begitu paham."Jerry berhenti sejenak, lalu menambahkan, "Tapi, aku pernah dengar dia sangat mengh

Vanesa memang perlu melepaskan diri dari Steven. Namun, kalau harganya adalah menjadi seorang pembunuh, itu terlalu mahal.Karena itu, Jake tetap berharap Steven baik-baik saja.Hidup Vanesa tidak boleh ternoda karena Steven.Kalau memang tak bisa bersama, lebih baik berpisah dan menjalani hidup masing-masing dengan damai.Itulah akhir terbaik....Steven menatap Vanesa di sampingnya, tetapi wanita itu terus-menerus menunduk menatap ponselnya.Saat itu, sepasang pengantin baru telah menerima akta nikah mereka. Wanita itu dengan manis menggandeng pria itu dan berdiskusi tentang akan makan di mana malam ini?Pria itu berkata bahwa dia sudah memesan hotel dengan paket romantis dua hari satu malam untuk pasangan.Mendengar itu, wanita itu sangat senang. Dia menggandeng lengan pria itu sambil tersenyum bahagia.Melihat pasangan itu, ingatan Steven pun melayang pada sembilan tahun lalu, saat dia dan Vanesa mendapatkan akta nikah mereka.Hari itu, setelah menerima akta nikah, Steven langsung