Semua Bab Cinta Kita Sudah Sampai Ujung: Bab 651 - Bab 660

"Kak Rai, aku baik-baik saja. Maaf jadi merepotkanmu." Davina menundukkan kepalanya, suaranya terdengar agak terisak.Tampaknya dia benar-benar merasa diperlakukan dengan tidak adil.Rai memang tidak menyetujui Davina menjadi ibu pengganti untuk Jerry dan Vanesa.Dia mengikuti Jerry selama bertahun-tahun untuk membalas kebaikan Jerry.Saat itu, Rai ditipu dan nyaris dijual ke luar negeri. Ketika dia kabur, dia malah tertangkap dan hampir dipukuli sampai mati. Pada saat itulah Jerry menyelamatkannya.Jerry mengatakan kepadanya bahwa jika dia bersedia mengikuti Jerry, Jerry bisa menjamin kekayaan dan kemuliaan baginya. Keluarganya Rai juga akan mendapatkan uang yang tidak terbatas.Dibandingkan dengan dipukuli sampai mati, mengikuti Jerry adalah jalan keluar terbaik bagi Rai.Rai mengagumi Jerry. Dia bahkan merasa seandainya Jerry tidak terobsesi dengan Vanesa, semua ini tidak akan terjadi.Sekalipun "kerajaan" yang dibangun Jerry dengan susah payah tidak diakui dunia, itu sudah cukup ba

Jerry duduk di kursi pengemudi dengan darah menetes dari dahinya.Namun, dia tersenyum dengan sinis dan kejam. "Vanesa, jadilah anak baik dan kembali ke sini. Kalau kamu maju selangkah lagi, aku akan menembakmu."Vanesa balas menatap.Dengan pistol yang diarahkan padanya, tidak mungkin dia tidak takut.Namun, sekarang dia sudah ada di sini, bagaimana dia bisa kembali?"Jerry, aku nggak akan kembali."Vanesa pun melepas kerudung, anting-anting dan kalungnya ....Dia menyeka lipstik dari bibirnya dengan punggung tangannya dan menatap Jerry dengan tegas. "Mati pun aku nggak akan pernah menjadi pengantinmu."Jerry menatap Vanesa dengan mata yang menyalang marah."Vanesa, kamu sangat kejam."Vanesa tersenyum, berbalik dan berjalan maju tanpa ragu-ragu ....Dor!Terdengar suara tembakan dan sebutir peluru mendarat di dekat kakinya!Vanesa hanya berhenti sejenak, reaksi naluriah seseorang saat menghadapi bahaya.Detik berikutnya, dia mengangkat gaunnya, menginjak tanah berlumpur dan berjalan

Jerry mengangkat pedangnya lagi dan menusukkannya ke pergelangan tangan Steven ....Mata Vanesa pun terbelalak. "Jangan!"Dor!Suara tembakan terdengar dan peluru mengenai tangan Jerry yang memegang pisau!Pedangnya terjatuh!Jerry memegangi tangannya yang berdarah dan menoleh ....Davina memegang pistol hitam di kedua tangannya, matanya memerah. "Jerry, lepaskan mereka!"Jerry menatap Davina untuk waktu yang lama sebelum mencibir, "Davina? Bahkan kamu mengkhianatiku?"Davina menangis dan menggelengkan kepalanya. "Jerry, aku mencintaimu! Tapi, kamu melakukan kesalahan. Kamu menyakiti begitu banyak orang dan terlalu banyak orang yang mati! Hentikanlah tindakanmu, oke?""Kamu mencintaiku?" Jerry tertawa terbahak-bahak. "Davina, apa yang kamu sebut cinta itu mengkhianatiku? Dasar wanita bodoh!""Aku bodoh. Aku bodoh karena jatuh cinta padamu, tapi Jerry, aku nggak pernah menyesalinya!"Davina memegang pistol dengan kedua tangannya. Meskipun gemetar ketakutan, dia tetap berdiri teguh. "Jer

"Dia perlu dipindahkan ke kamar rawat steril untuk diobservasi. Ada bercak pendarahan besar di bawah kulit punggungnya. Itu pasti karena kecelakaan saat dia di gunung. Pendarahannya sekarang sudah berhenti."Penderita leukemia paling rentan dengan benturan dan benturan. Sekalipun kulit tidak terluka, pendarahan di bawah kulit dalam jumlah besar dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak terbayangkan.Vanesa sangat rapuh sekarang.Bahkan kuman biasa dapat menyebabkan kondisinya memburuk lagi.Pikiran Steven menjadi kacau balau. Dia masih belum bisa mencerna kenyataan bahwa Vanesa sakit keras.Namun, sekarang keadaan sudah seperti ini. Steven hanya bisa menghadapinya dan mencari cara untuk mengobati Vanesa sesegera mungkin."Apa transplantasi sumsum tulang adalah satu-satunya cara untuk menyembuhkannya? Apa ada kemungkinan di kalian ....""Ini leukemia." Sado tahu apa yang ingin ditanyakan Steven. Dia menghela napas. "Dan ini leukemia yang paling berbahaya. Kalau aku benar-benar mampu, itu

Vanesa menatap putrinya dalam video, wajah kecilnya masih tembam."Bella," bisik Vanesa. "Bella rindu Ibu?"Bella menundukkan kepalanya dan belum menyadari apa yang terjadi. "Rindu dong …."Anak itu menjawab dengan sangat tenang tanpa mengangkat alisnya.Vanesa benar-benar merasa geli. "Rindu sungguhan?""Sungguhan kok ...." Bella mendadak terdiam dan kepala kecilnya akhirnya merespons!Dia refleks mendongak dan melihat Vanesa sedang meneleponnya. Matanya sontak terbelalak. "Ibu!""Ibu!"Alfredo juga melempar mainan Legonya dan bergegas berlari menghampiri.Kedua anak kecil itu berlomba-lomba untuk bertemu pandang dengan ibu mereka.Apa yang dilihat Vanesa adalah dua wajah kecil tembam, satu di sebelah kiri dan satu di sebelah kanan, saling maju mundur dan bersaing.Kedua anak itu sama sekali tidak mau saling menyerah."Hei, Alfredo, jangan memaksa. Akulah yang ingin Ibu lihat!""Omong kosong!" Alfredo menyahut dengan kesal, "Ibu juga ingin bertemu denganku!""Ibu meneleponku duluan!"