Ruang tamu itu dipenuhi keheningan. Hanya suara detik jam tua di dinding dan desah napas tertahan. Sukma duduk di lantai, mengenakan gamis lembut warna salem, wajahnya tanpa riasan mencolok, hanya sapuan tipis bedak dan lip balm yang membuat bibirnya tampak sedikit berkilau. Rambutnya dikuncir rendah, dan matanya—seperti biasa—tenang, penuh perhitungan. Carlos berdiri di samping penghulu, mengenakan kemeja putih dan celana kain gelap. Tak ada jas, tak ada dasi. Tapi ada kesungguhan di wajahnya, ada sorot tajam yang tak pernah goyah sejak pagi. Penghulu itu membuka acara dengan lantunan basmalah yang lirih. Dua saksi duduk di ujung ruangan, orang kepercayaan Carlos, diam, menyimak. Ijab kabul berlangsung cepat. Suara Carlos tegas, tanpa jeda, tanpa getar. Seolah ia mengucapkannya bukan karena gugup, tapi karena sudah menghafal naskahnya dalam kepala selama berbulan-bulan. Sukma menunduk, tangan di atas lutut, diam. Tak ada senyum lebar, tak ada linangan air mata haru. Hanya kete
Last Updated : 2025-08-08 Read more