All Chapters of Mengejar Cinta Suami Dinginku: Chapter 221 - Chapter 230

“Jawab!” desak Zayn menaikan satu oktaf nada bicaranya. “Qiana difitnah tidur dengan dosen pembimbing dari fakultas lain!” jawab Jasmine terburu-buru karena ketakutan. Tatapan Zayn semakin tajam mengintimidasi. Ia masih bingung dengan penjelasan Jasmine. Clara yang sudah geram karena diam memberikan foto-foto yang disebar di mading tadi pagi. Zayn melihat itu dengan mata dan hati yang penuh emosi. “Apa kalian percaya aku melakukan itu?” kali ini Qiana menyela keheningan mereka bertiga. Jasmine dan Clara langsung memburu Qiana dengan pelukan. Mereka menangis karena takut kejadian yang tak diinginkan terjadi pada Qiana. Zayn masih menatap foto-foto itu dengan teliti walaupun jantungnya berdegup karena emosi. Ia menemukan kejanggalan yang tak masuk akal. “Ini editan. Kalian sudah cek CCTV kampus?” tanya Zayn namun mereka bertiga hanya terdiam. “Sebelum pulang tadi Clara sudah coba

“Apa Qiana memang ada keturunan dari orangtuanya yang mempunyai kelainan jantung?” Pertanyaan Gilang ini tak bisa dijawab oleh Zayn. Sebab ia tidak terlalu yakin jika Qiana mengalami kelainan jantung dari faktor genetik. Gilang menghela nafas panjang dan berdalih. “Bisa saja memang pola hidupnya yang tidak sehat. Saya percaya kamu bisa menjaga Qiana lebih baik lagi. Untung saja kamu cepat membawanya.” Zayn hanya bisa mengangkat dahinya dengan berat. Penat karena harus berjibaku dengan prasangka yang buruk akan kekhawatiran yang berlebih. Zayn pamit meninggalkan ruangan Gilang. Ia kembali ke ruang IGD dan melihat Qiana sudah sadarkan diri. Qiana hanya mengulas senyum tak berdosa walaupun matanya sangat sayu. Zayn menarik kursi, menggenggam tangan Qiana yang tidak terkena infusan. Mengusap punggung tangan dan sesekali menciumnya. “Lain kali jika dirasa sudah lelah jangan terlalu memaksakan. Kesehatanmu itu lebih penting. Ny

24 jam per 18 jam, kurang lebih waktu yang Qiana habiskan untuk mengeksekusi skripsinya. Sisanya dipakai untuk tidur, makan dan mandi. Ekstream memang, sebab waktunya semakin dekat menuju hari pengujian. Qiana tidak mau semua kerja kerasnya sia-sia. Ia harus menyelesaikan skripsi tahap akhir ini agar bisa melanjutkan ke langkah selanjutnya. Kali ini Qiana sudah buntu. Ia mengacak-acak rambutnya karena frustasi bukan main. “Ah! Kenapa banyak sekali pertanyaan susah sekali diselesaikan, sih? Padahal semua sudah merujuk berdasarkan hasil penelitian di lapangan. Semua selesai sesuai arahan. Tapi kenapa dospem selalu saja mengulik hal lain. Huh! Menambah beban saja memang!” keluh Qiana kali ini menyandarkan tubuhnya ke kursi. Ia melemparkan buku itu ke bawah meja. Bukannya menemukan setiap masalah, Qiana malah semakin pusing. Qiana sudah terlalu lelah mencerna karena menekan dirinya lebih dari kapasitas. Kini otaknya mulai nge-hang. “Lebih baik kita keluar, yuk! Cari angin sega

“Hadiah? Kamu nyogok?” tanya Zayn membuat Qiana tersedak. Zayn buru-buru mengambil minuman kaleng itu pada Qiana. Pedih! Sehelai mie keluar dari hidung Qiana karena saking terkejutnya. Memukul bahu Zayn yang mulai tertawa karena insiden itu, Qiana membela dirinya. “Kamu ini, loh! Kebiasaan! Seneng banget lihat aku kaget. Sakit tahu idung aku keselek biji cabe sampai keluar mie gini.” “Iya! Iya! Maaf. Ya habis kamu bilang udah siapin hadiah siapa yang enggak salah fokus coba?” Qiana menghela nafas panjang. Melirik Zayn dengan sebal. “Hadiah ini untuk tanda terimakasih kalau aku lulus.” “Gimana kalau gak lulus?” goda lagi Zayn semakin menjadi membuat Qiana bad mood bukan main. Zayn tertawa. Ia mengejar Qiana yang kini meninggalkannya. Memeluknya dari belakang. “Jangan marah gitu dong, Sayangnya aku. Nanti cantiknya ilang!” “Oh, jadi selama ini aku cantik pas marah gitu?” “E-eh enggak gitu! Maksud aku tuh kamu makin cantik kalau marah!” dali lagi Zayn membela diri namun Qiana t

“Selamat ya cantiknya Mama dan Papa. Kami bangga dengan perjuangan kamu. Zayn bilang kamu lulus cumlaude ya?” tanya bapak mertua Qiana membuat Qiana mengangguk malu. Tak lupa Rheana juga merayakan kebahagiaan penuh haru ini. Ia melompat penuh kegirangan karena kakak iparnya berhasil meraih mimpi yang selalu ia dambakan setiap saat itu. “Akhirnya ya, Kak. Perjuangan kamu membuahkan hasil! Rhea jadi semangat belajar lihat Kak Qiana bisa lulus cumlaude gini. Kakak iparku memang terbaik!” Qiana hanya tersenyum kikuk. Malu. Salah tingkah. Terlebih ia sangat senang bisa dihargai keberadaanya dan bisa mendapatkan kebahagiaan juga. “Sudah-sudah! Lebih baik kita makan dulu. Zayn sudah laper banget soalnya!” sela Zayn dan semua orang langsung menyorakinya. Mereka semua sekarang sudah duduk di meja makan. Zayn terlihat lahap menyantap masakan khas rumahan. Qiana melihat kebahagiaan serta kehangatan yang sudah lama sekali ia rindukan. Tatapan bahagianya berubah menjadi sendu. Qiana membena