All Chapters of Berondong Perkasa: Chapter 121 - Chapter 130

Hari setelah kepulangan Danny dan Camelia dari Singapura, aktivitas bakery kecil milik Camelia mulai berjalan normal lagi. Pagi itu Tina dan Yayuk membantu majikan mereka membuat adonan kue serta memanggangnya di oven sesuai cara yang diajarkan oleh Camelia.  Sementara itu Camelia dan Danny ditemani Nyonya Rina Sasmita pergi ke Rumah Sakit Panti Rapih untuk periksa dokter. Jadwal dokter kandungan ternyata lebih pagi dibanding spesialis ortopedi, jadi mereka terlebih dahulu antre di poli Obsgyn.  Tak lama duduk di bangku ruang tunggu, nama Camelia sebagai Nyonya Danny Sasmita dipanggil oleh perawat untuk menemui dokter. Hanya Danny yang menemani masuk agar tidak terlalu padat isi ruangannya. Dokter Maya Kumala kali ini yang memeriksa Camelia dengan USG. Mudah sekali melihat isi rahim wanita itu, dokter kandungan itu pun berkata, "Selamat ya, Bu, Pak. Kehamilannya positif sudah sepuluh minggu ini. Apa selama ini

"Mama, tolong jangan sebut nama lelaki itu lagi di hadapanku! Michael adalah anak Kak James, jangan membuat suamiku malu bila Mama mengatakan hidungnya mirip pria lain!" tegur Tatiana menutupi kegugupannya.James pun segera mencairkan suasana dengan menyahut, "Ahh ... jangan memarahi mama, Sayang. Hidung Mike memang mancung sekali, dia ganteng seperti aku!" Mata Pak Johan memicing, dia lalu bertanya, "Berapa usia Michael?" "Empat bulan, Pa!" jawab Tatiana sesuai kenyataan.Papa Tatiana yang berhitung dengan jeli lalu melanjutkan, "Hmm ... kamu yakin kalau dia memang putra James bukan—" "Nggak. Michael ini anak kami. Sudah dong, jangan buat Tia mengingat pria brengsek itu lagi, Pa. Dia itu sumber traumaku yang mendalam!" sergah Tatiana dengan wajah cemberut."Oke ... oke. Baiklah, kita lebih baik fokus ke acara pernikahan kalian agar hubungan ini go public. Papa dan Mama, juga besan kami pasti akan malu kalau sampai menjadi bahan pergunjingan di circle konglomerat Surabaya. Pokoknya

Acara pemberkatan pernikahan Tatiana dan James dilangsungkan pada pagi hari di Katedral Surabaya. Hanya keluarga besar dari kedua mempelai yang hadir dan juga sahabat dekat mereka. Seusai momen sakral tersebut, Tatiana dan James diantar kembali ke Hotel The Heritage of Cakra Atmaja untuk beristirahat sejenak karena acara resepsi akan diadakan mulai pukul 19.00 WIB di grand ballroom hotel tersebut. Di dalam presidential suite, James mendekap istrinya di tengah ruangan kamar tidur. Dia menarik lepas tali punggung gaun putih yang bermodel ball gown mekar seperti kelopak bunga mawar putih yang membalut tubuh Tatiana."Kak James, ini mau ngapain?" cicit Tatiana terkejut."Tia, sudah sejak tadi aku nahan-nahan karena kita dikelilingi banyak orang. Sekarang boleh ya?" sahut James sambil melucuti setelan tuxedonya.Tatiana hanya terkikik geli memandangi kesibukan suaminya berkutat dengan pakaian resmi berlapis-lapis itu. "Ini untungnya Michael dibawa sama neneknya, kalau nggak mana bisa Kak

Camelia duduk menunggu suaminya menjalani latihan fisioterapi rutin seperti biasa. Dia turut senang karena Danny tidak berkecil hati dengan kondisi kakinya yang masih lemah menopang bobot badannya tanpa bantuan alat berjalan.Ketika sesi 20 menit itu berakhir, Camelia segera menghampiri Danny untuk memberikan handuk. Keringat membanjiri tubuh suaminya, dia teringat momen-momen kemesraan mereka di ranjang saat Danny belum mengalami kecelakaan magang di pabrik. Pemuda itu sangat perkasa hingga tak jarang Camelia kewalahan."Capek ya, Mas?" tanya Camelia. "Lumayan, Lia Sayang. Aku istirahat sebentar lalu kita baru ke bakery ya!" jawab Danny. Kemudian dia dipapah oleh Camelia menuju ke bangku istirahat dari besi stainless.Sambil menunggu keringat kering, Camelia bertanya, "Kuliah Mas rencana mau cuti berapa lama?"Danny mengendikkan bahunya. Dia merasa tak bersemangat kembali ke kampus setelah insiden di pabrik milik Patra. Pihak kampus seolah-olah menganggap kecelakaan yang dialaminya

Rombongan asal Indonesia yang terdiri dari tiga wanita dan seorang pria itu telah tiba di Bandara Charles De Gaule sore hari waktu Perancis. Mereka takjub dengan arsitektur bangunan megah berlangit-langit tinggi itu. Orang-orangnya pun berjalan dalam langkah lebih cepat dibanding orang Indonesia pada umumnya."Wahh ... Paris, I'm in love iki!" ucap Tina dengan perasaan girang tak terperi. Dia mengedarkan pandangan matanya ke sekeliling lalu berkata kepada Yayuk di sampingnya, "Yuk, bule Perancis guanteng-guanteng tenan yo!" (Yuk, bule Perancis tampan-tampan sekali ya!)Yayuk pun tersenyum seraya mengangguk-anggukkan kepala setuju. Memang kenyataannya pria di bandara itu tinggi menjulang perawakannya dalam balutan busana bepergian modis ala Parisian bak model majalah. Fitur wajahnya pun berahang tajam dengan tulang hidung mancung, matanya biru, hijau, cokelat. "Hey ... hey, jangan meleng ngelihat bule lewat lantas nyasar kepisah sama kami ya, kalian ini!" tegur Danny yang mendorong tr