Semua Bab Berondong Perkasa: Bab 41 - Bab 50

Seusai mandi pagi yang menyegarkan, meskipun sendiri karena Camelia masih sibuk di dapur menyiapkan pesanan snack karyawan pabrik papanya, Danny segera berpakaian rapi. Nanti pukul 10.00 WIB, dia harus mempresentasikan hasil tugas kelompok dari dosen di depan kelas. Kemeja merah maroon dipadu celana jins warna hitam dan sepatu kets putih menjadi outfit pilihan pemuda ganteng itu pagi ini. Dia menyisir rambut bermodel curtain haircut karena aslinya lurus tak bergelombang sama sekali dengan belahan poni tengah. Setelah puas mengamat-amati penampilan di cermin, dia melangkah ke luar kamar.  Aroma sedap nasi goreng menguar dari arah dapur, senyuman lebar tersungging di bibir Danny. Dia yakin sang istri telah membuatkannya sarapan pagi. Maka dia menarik langkah ringan menuju ke tempat istrinya berada. "Ehh ... sudah siap berangkat kuliah, Mas Bojo!" goda Camelia dengan senyum malu-malu kucing. (Mas B

"Tin, bebek goreng yang masih ada di kotak kardus ini kamu bawa pulang aja!" ucap Camelia setelah jam kerja pembantunya selesai sore itu. Sejenak alis Tina berkerut karena tak paham kenapa dia diberi lauk mahal itu oleh sang majikan. Akan tetapi, dia teringat bahwa yang membawakan bebek goreng tadi adalah mantan pacar Camelia. Maka dia pun mengangguk tanpa banyak bertanya lagi. "Makasih ya, Mbak Lia. Saya bawa bebeknya. Permisi!" jawab Tina lalu menenteng plastik putih pemberian Camelia keluar dari pagar rumah asri tersebut. Sudah pukul 17.00 WIB, tetapi Danny masih belum sampai rumah. Camelia agak ragu-ragu akan menghubungi suaminya atau tetap menunggu saja. Dia sudah mandi sore pukul 16.00 WIB tadi. Jadi Camelia duduk santai membaca novel online di aplikasi Good Novel di sofa teras depan. "Wah seru nih lanjutan cerita Nona Muda Mari Bercinta karangan Agneslovely2014, yuk gass baca marathon!" gumam Camelia antusias.&nbs

"Lho, Mas Patra kok di sini? Apa kebetulan mau makan malam seafood juga?" tanya Camelia yang keheranan melihat kehadiran mantan tunangannya di Restoran Sari Laut. "Iya, tadi muter-muter dan kebetulan lewat sini. Aroma masakannya menggugah selera jadi aku belokin mobil ke mari!" jawab Patra beralasan seolah-olah pertemuan mereka tidak disengaja. Namun, Danny tak percaya begitu saja akal bulus rival cintanya. "Sejak kapan sih aroma makanan dimasak di dapur restoran bisa nembus ke kaca mobil yang ada di jalan raya?" sindirnya dengan senyum mengejek ke arah Patra. Camelia yang serasa berada di sebuah medan perang dua kubu pria ganteng yang sama-sama maju tak gentar berjuang mendapatkan cintanya segera melerai. "Ya sudah, silakan pesan menu aja, Mas Patra. Kami sih baru aja kelar milih-milih, ini mau panggil waiter!" ucapnya tenang. "Kalau kita semeja bertiga aja, boleh nggak, Lia?" tanya Patra sengaja. T

"Lia, aku pergi dulu bareng tukang ke toko bangunan!" pamit Danny seraya mengecup kening istrinya di dapur. Camelia sedang sibuk menakar bahan kue bersama Tina. Dia memeluk sebentar tubuh suaminya seraya berpesan, "Hati-hati di jalan ya, Mas!" "Iya. Met bikin kue, Sayang. Nanti Mas nyicip!" Danny terkekeh pelan lalu berjalan meninggalkan rumah. Setelah kepergian Danny, kesibukan di dapur bakery rumahan itu berlanjut. Tina yang mulai terlatih membantu majikannya bisa mempercepat pembuatan kue. Dia menyiapkan bahan dengan memotong-motong sayur, mengaduk ragout isian kue, dan membuat kulit risol dengan teflon. "Mbak Lia kalau bikin risol paling jago deh, uenaak puol!" puji Tina. Dia paling suka kalau diminta mencicipi jenis kue itu baik yang isian mayo maupun ragout, semua serba enak. "Ahh masa sih, Tin? Tapi, memang pelanggan paling sering pesan risol. Aku bikin arem-arem isi dagin

"Halo, Pa. Tumben kok telepon Patra, ada apa?" jawab pria yang masih lemas pasca bergumul dengan tiga LC sekaligus semalaman kemarin.  Patra sengaja tidak masuk kantor karena badannya demam. Memang salah dia sendiri setelah menenggak bergelas-gelas minuman keras masih lanjut begadang menggempur para wanita bayaran yang dipertanyakan kesehatan alat kelaminnya. "Halo, Putraku. Kamu sekarang ada di mana?" tanya Pak Rudiawan Halim atau kerap akrab disapa Pak Rudi Halim oleh para koleganya. "Patra di rumah Yogya, ini agak kurang enak badan sih!" jawab pria yang berselimut tebal dengan badan menggigil itu lemas. Pak Rudi pun berkata, "Ckk ... makanya jangan suka clubbing sampai pagi, hmm! Kamu harus pulang ke Surabaya, ada hal penting yang ingin Papa obrolin. Ini nggak bisa hanya sekedar diomongin di telepon, Patra. Sewa private jet aja malam ini kamu pulang ke rumah. Suruh antar Henri ke bandara!"&nb