“Akhhhhh! Tolong, Amber ….” Suara itu tercekat, singkat hanya sekian detik.Seketika matanya membelalak, tubuhnya menegang, jantungnya berdetak cepat tak terkendali.“Mama?” Amber panik, tubuhnya langsung terduduk kaku di kursi. Degup jantungnya berdentum makin keras.Suara itu hanya beberapa detik, tapi sangat jelas. Amber memutar berulang-ulang, sampai matanya memburam karena berkaca-kaca. Itu memang suara Mamanya. Tidak mungkin salah.Amber gemetar. Meski hatinya dipenuhi jengkel dan benci, tetap saja Mama hanya punya dirinya. Jika terjadi sesuatu, siapa lagi yang akan menolong?Napas Amber terengah, sesal menghantam dirinya. Sudah beberapa hari ini dia tidak menengok ke rumah itu. Dia memilih menjauh, padahal Mama tetaplah darah dagingnya.Lalu, pesan lain masuk--Sebuah foto.Amber cepat membuka, dan nyaris menjatuhkan ponselnya, karena kaget.Wajah Mamanya terpampang jelas. Ada luka memar di pipi, matanya terpejam, ujung bibirnya pecah. Foto itu hanya zoom wajah, tapi cukup membu
Dernière mise à jour : 2025-09-15 Read More