Setelah keluar dari rumah sakit, ponsel Arlina terus bergetar. Dia melirik sekilas, telepon dari Godric.Tanpa pikir panjang, Arlina langsung menolak panggilan itu, lalu mematikan ponselnya. Tindakan itu tak luput dari perhatian Rexa.Karena Rexa datang langsung dari bandara, mereka hanya bisa naik taksi di pinggir jalan untuk pulang. Mereka berjalan berdampingan. Setelah diam sejenak, Rexa bertanya dengan lembut, "Kamu nggak apa-apa?"Arlina kembali merasakan kehangatan di hatinya. Dia mengangguk serius. "Lebih baik sedikit dari yang aku bayangkan."Memandang langit malam yang gelap, semua yang terjadi barusan terasa seperti mimpi. Namun, jantungnya yang masih berdebar kencang mengatakan bahwa semuanya adalah kenyataan."Ternyata mengatakannya nggak sesulit itu. Dulu setiap kali aku disakiti, aku selalu memilih untuk diam. Tapi, hari ini aku akhirnya melawan. Ternyata, jauh lebih mudah dari yang kupikirkan."Tindakan nekat itu memang bodoh. Namun, justru kejadian ini yang membuatnya s
Baca selengkapnya