"Aku juga sering main di klub ini. Kalau lain kali kamu datang, bisa cari aku. Aku ajarin kamu.""Ah, oh, oh." Jazlan menanggapi dengan bengong.Melihat sikapnya begitu datar, Lillia mengira dia tidak butuh, jadi menambahkan, "Tentu saja, kalau kamu mau panggil pelatih juga bisa, mereka 'kan lebih profesional.""Hah?" Jazlan baru sadar apa yang dikatakan Lillia. Seketika, dia merasa girang luar biasa. "Nggak, nggak, nggak! Aku nggak mau pelatih. Kamu saja yang ajarin aku.""Sebenarnya kamu sudah lumayan kok, aku juga nggak bisa ajar banyak.""Nggak, nggak, nggak! Aku masih cupu banget, aku paling cupu sedunia. Aku butuh bimbinganmu."Tadi masih minder karena kalah, sekarang malah menjatuhkan diri sendiri.Jazlan langsung bersemangat lagi. Dia memanfaatkan obrolan soal gokar untuk terus mengobrol dengan Lillia.Annie pelan-pelan mundur, kembali ke sisi Arlina dan Rexa. "Papa, Ayah aneh ya?""Ada apa?" Rexa menunduk, menatapnya lembut."Kayak orang lain, apa dia kesurupan?"Mendengar itu
Read more