"Melati, keluar kamu!!"Suara Juna membelah keheningan senja yang mulai merayap di langit Jakarta. Dia berdiri di depan rumah Papi Tian, emosinya bergejolak hebat, nyaris tak terkendali. Cahaya matahari yang mulai redup menyoroti wajahnya yang tegang, peluh membasahi dahinya, tanda amarah yang membara di dalam dirinya.Ceklek~Pintu utama rumah itu terbuka perlahan, menampilkan sosok Papi Tian. Wajahnya tampak lelah, kerutan di sekitar matanya semakin terlihat jelas di remang senja. Dia masih mengenakan jas yang sama seperti tadi pagi, karena dia sendiri kebetulan baru pulang dari kantor."Ada apa, Jun? Datang-datang kok marah-marah, nggak ngucapin salam dulu lagi," tegurnya dengan nada lelah.Juna menghela napas, berusaha menenangkan diri meski gejolak emosinya siap meledak kapan saja. "Maaf, Pi, aku kebawa emosi," ucapnya sambil mendekat dan mencium punggung tangan Papi Tian. "Assalamualaikum. Aku ada perlu sama Melati, bisa Papi panggilkan?" tanyanya, matanya menatap ke dalam rumah
ปรับปรุงล่าสุด : 2025-11-03 อ่านเพิ่มเติม