Tiga hari setelah pertemuan di taman itu, hidup Naila seakan terjerat dalam sunyi yang berisik. Ia tetap menjalani rutinitasnya seperti biasa: bangun pagi, menyeduh kopi, membuka laptop, membaca jurnal, menulis proposal penelitian.Tapi pikirannya seolah berjalan di dua jalur berbeda yang tak pernah bersinggungan. Satu sisi dirinya ingin mempertahankan kehidupan kecil yang tumbuh dalam tubuhnya. Sisi lain menolak mentah-mentah, menjerit agar ia bertahan pada mimpi yang sudah diperjuangkannya sejak lama.Kadang, saat tangannya tanpa sadar menyentuh perutnya yang masih datar, ada getaran halus di dadanya, seperti bisikan yang lembut namun tak terdefinisi. Ia tak tahu kenapa perasaan itu begitu dalam—campuran antara haru, takut, dan kehilangan.Setiap kali menatap bayangan dirinya di cermin kamar mandi, Naila merasa seperti sedang memandangi dua orang yang berbeda: gadis yang dulu ia kenal, dan perempuan asing yang sedang belajar menanggung beban kehidupan.
Last Updated : 2025-10-03 Read more