Tatapan Naila berputar di wajah Galih, mencari, menggali, menelisik tiap lekuk ekspresinya. Namun yang ia temukan hanyalah dinding datar, tanpa retakan rasa bersalah. Justru semakin lama ia memandang, semakin perih rasanya, seakan hatinya digores halus tapi terus menerus.Pertanyaan menggantung di benaknya: apakah semua laki-laki yang bersalah pada pacar atau istrinya memang selalu lihai bersikap seolah tak terjadi apa-apa?Ia menundukkan kepala, berusaha menutupi sorot matanya yang panas. Suaranya keluar lirih tapi dingin, membeku di udara.“Tak apa. Aku tak keberatan. Aku mau istirahat.”Galih bergeming sejenak, lalu berkata dengan nada rendah, nyaris hati-hati, “Aku dengar kamu belum makan malam. Jadi aku buatkan sandwich.”Naila buru-buru menggeleng, nada suaranya lebih cepat dari pikirannya sendiri. “Tidak usah, aku tidak lapar.”“Meski tak lapar, sebaiknya tetap makan sedikit,” Galih menc
Terakhir Diperbarui : 2025-09-29 Baca selengkapnya