Rama berdiri terpaku di samping ranjang rumah sakit. Bau antiseptik menusuk hidungnya, bercampur dengan aroma bunga segar di vas kecil dekat jendela.Lampu putih menyilaukan menyorot wajah Naila yang pucat, tetapi bukan itu yang menusuk hatinya—melainkan sorot mata istrinya, tajam dan dingin, bagai pisau yang menolak disarungkan kembali.“Kalau tidak percaya,” suara Naila serak, namun sarat sindiran yang menggigit, “tanyakan saja pada Jessie.”Kata-katanya jatuh pelan, tetapi bergema di ruang itu, seperti palu kecil yang memukul gong di dalam dada Rama.Pria itu menarik napas panjang, seakan paru-parunya enggan bekerja. “Aku akan selidiki,” ucapnya berat. Rahangnya mengeras, suaranya nyaris pecah. “Kalau memang Jessie yang sengaja, aku tak akan biarkan dia lolos.”Sekilas senyum muncul di bibir Naila, bukan senyum hangat yang dulu selalu menyambut Rama sepulang kerja, melainkan senyum tipis yang
Last Updated : 2025-09-22 Read more