Tanah yang sebelumnya bergejolak mulai mereda, namun hawa dingin yang menusuk tulang tak ikut pergi. Li Yuan berdiri kaku, matanya merah, napasnya tersengal. Bayangan wajah Shen Yao yang tadi muncul dari tanah masih membekas kuat di benaknya. Itu terlalu nyata, terlalu jelas, untuk disebut sekadar ilusi.Wu Xian berdiri tak jauh darinya, menatap dalam-dalam, seakan tahu betapa beratnya keputusan yang baru saja diambil sahabatnya.“Jika kau menoleh sedikit lebih lama, kau tak akan kembali,” ujar Wu Xian, suaranya berat. “Keabadian bisa menelan semua, bahkan kenangan. Yang tinggal hanya kulit kosong.”Li Yuan mengepalkan tinjunya.“Tapi aku mendengar dia, Wu Xian. Aku mendengar Shen Yao memanggilku.”Wu Xian tidak menjawab langsung. Ia hanya menghela napas, lalu menatap dinding batu hitam yang menjulang tinggi di depan mereka.“Tempat ini tidak pernah membiarkan sesuatu pergi dengan mudah. Suara itu bisa jadi gema terakhir Shen Yao, at
Last Updated : 2025-09-19 Read more