All Chapters of PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM : Chapter 71 - Chapter 80

Bab 72: Lembah Tulang HitamKabut hitam menggulung seperti gelombang laut mati. Di kejauhan, siluet puncak-puncak tulang yang menjulang seperti jarum menusuk langit tampak dari kejauhan. Itulah Lembah Tulang Hitam—tempat yang bahkan para dewa enggan datangi.Li Yuan berdiri di depan celah masuk lembah itu. Suara dari sistem kembali bergema di pikirannya:> [Misi Utama Diperbarui: Aktifkan Warisan Naga Terakhir. Lokasi: Inti Tulang Hitam. Status: Tertutup.]Zhen Yi menghela napas di sampingnya. “Menurut kitab Sekte Naga Langit, Lembah ini dulunya adalah tempat pembantaian ras naga oleh Dewa-Dewa Pemurni Langit. Di bawahnya, darah naga masih mendidih.”Yue Lian melangkah, jubah putihnya bergoyang pelan. “Dan hanya naga sejati... yang bisa membukanya kembali.”Li Yuan tak bicara. Ia menurunkan tudungnya dan memperlihatkan Mata Ketiga. Begitu terbuka, tanah di depan mereka retak, dan pusaran energi hitam-merah muncul di bawah kaki mereka.“Bersiaplah,” gumamnya. “Ini bukan tempat untuk ya

Bab 74: Benteng Awan DarahAngin di atas jurang Tianmeng membawa bau besi dan abu. Kabut merah pekat bergulung dari lembah, menyelubungi dunia dalam warna luka yang tak sembuh. Di tengahnya, menara raksasa menjulang: Benteng Awan Darah, tempat perang langit terakhir pernah pecah... dan nyaris menghapus ras naga.Li Yuan berdiri di ujung tebing. Pedang Tulang Langit menggigil. Jam Langit di pergelangan tangannya terus berdetak—tapi tidak mengikuti waktu dunia. Setiap tik tok adalah kenangan yang berulang.Yue Lian menggenggam bahunya. “Tempat ini... penuh dendam. Bekas medan pembantaian naga purba.”Zhen Yi menunduk. “Bahkan para biksu langit tak berani melintasi lembah ini.”> [Sistem: Lokasi Warisan Ketiga Ditemukan. Status: Terkunci oleh “Kabut Jiwa Berdarah.”]Li Yuan menarik napas panjang. “Kalau begitu, kita buka dengan darah yang baru.”---Begitu mereka memasuki kabut, dunia berubah. Suara hilang. Warna memudar. Hanya merah yang tersisa—dan bayangan perang.Tiba-tiba, sosok-sos

Bab 75 – Langit yang Retak (Bagian 2)“KRAKKK!!”Langit di atas Gunung Jiuying benar-benar retak. Bukan hanya metafora. Retakan bercahaya menyebar seperti sarang laba-laba, seolah kain semesta terkoyak dari dalam. Aura kehancuran menjalar, menyesakkan dada siapa pun yang menyaksikannya.Li Yuan berlutut, darah menetes dari sudut bibirnya. Di sampingnya, Bai Yujin masih bertahan berdiri dengan pedang petir di tangan, namun tubuhnya gemetar.Jin Mian berdiri tegak di atas lingkaran sihir raksasa yang kini menyala merah. Mantel hitamnya berkibar, rambut panjangnya menari seperti nyala api. Di sekelilingnya, tujuh pilar cahaya menyala—tujuh segel dimensi yang selama ini menjaga keseimbangan dunia telah mulai runtuh."Kau benar-benar membuka gerbangnya," desis Li Yuan, bangkit perlahan. "Kau akan menghancurkan tiga dunia hanya untuk membangkitkan satu naga?"Jin Mian tersenyum tipis, tapi di balik senyum itu tersimpan kegilaan.

– Langit yang Retak (Bagian 3)Suara dentuman keras menggema saat Li Yuan dan Jin Mian saling beradu serangan. Tanah di bawah kaki mereka pecah, menganga seperti jurang kelam yang menghisap cahaya. Angin bertiup liar, membawa debu dan energi bercahaya yang membakar udara.“Serahkan Rahasia Naga Ketujuh, Jin Mian! Ini bukan hanya tentang kekuatan, ini tentang keseimbangan dunia!” teriak Li Yuan sambil memutar pedangnya, membelah angin.Namun Jin Mian hanya tertawa sinis. “Rahasia itu milik mereka yang kuat. Dunia ini tak membutuhkan keseimbangan, melainkan penguasa tunggal!”Ia menghantam tanah dengan telapak tangannya. Sebuah pusaran energi hitam membuncah, melempar Li Yuan ke belakang. Untung saja Bai Qiu muncul dengan cepat dan menangkap tubuh Li Yuan sebelum membentur batu besar.“Kau terlalu ceroboh!” gerutu Bai Qiu.“Dan kau terlalu suka mengomel,” sahut Li Yuan, tersenyum walau tubuhnya berdarah.Di kejauhan, awan

Bab 76: Keturunan Raja NagaSenja menggantung muram di atas langit Lembah Tianxue. Asap dari medan perang belum hilang, dan tanah masih hangat oleh energi yang meledak dari segel langit. Di tengah reruntuhan, tim penyintas masih terpaku pada satu sosok yang muncul dari balik bayangan.Pria berpakaian putih itu berjalan pelan. Wajahnya tenang, tapi tatapannya membawa aura purba yang mengguncang jiwa siapa pun yang melihatnya.Li Yuan masih bersandar lemah di bahu Ling Xian, darah mengalir dari luka di dadanya. Saat ia menatap pria itu, matanya melebar.“…Ayah?”Yang lain langsung siaga.“Siapa dia?!” tanya Tie Shan, menggenggam senjatanya.Zhao Feilong maju setengah langkah. “Aku mengenali auranya. Tapi itu mustahil. Dia sudah dikabarkan mati lebih dari sepuluh tahun lalu.”Pria itu berhenti beberapa langkah dari Li Yuan. Ia tersenyum tipis. “Kau tumbuh menjadi lelaki yang tangguh, Yuan’er.”Li Yuan mene