Semua Bab Sentuhan Panas Berujung Menikah: Bab 151 - Bab 160

Sebelum masuk ke season 2, mamazan selesaikan kisah Nita dan Tian dulu ya ## Happy Reading“Thank you Tian,” Nita turun dari mobil setelah Tian membukakan pintu untuk wanita itu. Bukannya langsung pergi, Tian langsung menggaet jemari Nita dan menutup pintu mobil kembali, “Ayo,” “Eh ?” “Ayo..” Tian menarik pelan tangan Nita. “Aku akan mengantar mu sampai di depan rumah.” Sambung Tian. Nita tersenyum tipis dan mengikuti langkah Tian. “Hmm, ok.” Wajahnya kembali memanas mengingat kejadian saat berada di rumah pria itu. Mereka berdua berciuman cukup lama. Sangat lama, kemudian pria itu memeluknya dengan erat dan mengatakan cinta di saat itu juga. “Hmm, Tian..” Tian menghentikan langkahnya dan berbalik, “Hemm ?” Nita menghelan nafas dan menggelengkan kepalanya, banyak yang ingin dia pertanyakan, tapi lidahnya terasa begitu kaku. “Ya sudah, ayo masuk. Aku takut pria itu ada menunggu mu di dalam. Aku tidak mau kamu menghadapi pria berengsek itu sendirian.” “Ck ! Padahal dia

“Ehem..Ehem..” dehem Winston dan Natalie melihat dua sejoli di depan mereka. Nita sontak menarik tangannya dan mengambil langkah mundur dengan wajah merona. Itu tadi benar-benar spontanitas yang tidak dia sangka-sangka. “Ayah..Ibu..” gumamnya dengan wajah merona. Tian hanya terseyum dengan tenang. “Hmm, duduklah kalian berdua.” Titah Winston. Tian dan Nita pun kembali duduk. “Jadi sejak kapan kalian pacaran ? Kenapa Ibu dan Ayah tidak tahu nak?” tanya Natalie antusias kepada sang putri semata wayang nya itu dan bergantian melihat ke arah Tian. Nita seketika bingug harus menjawb apa, padahal dirinya sama Tian saja belum meresmikan hubungan mereka. “Emm.. Itu Bu.. – “ “Sudah satu bulan Bu, cuma kami berpacaran jarak jauh. Aku tinggal di Paris selama ini karena ada sedikit pekerjaan. Dan hari ini aku datang menemui Nita.” Tian mengambil alih dalam memberikan jawaban. “Serta ingin bertemu Ayah dan Ibu untuk membicarakan hal serius,” sambung Tian. “Apa itu Nak Tian ?” k

“Maaf untuk hal itu Ayah, aku rasa Ayah tidak perlu meragukan hal itu. Aku tidak akan pernah mundur hanya karena hal tersebut,” Jawaban Tian dengan tegas.Nita yang tadinya tertegun karena berpikir Tian akan mundur seketika tersenyum dan mengeratkan genggaman tangannya.Tian menoleh, menatap Nita dengan penuh cinta, menaikkan tangannya, memberikan kecupan lembut pada punggung tangan Nita, “Aku tidak akan melepaskanmu.”“Thank you, Tian.”Senyuman hangat hadir di sudut bibir dan wajah kedua orang tua Nita, Winston dan Natalie. Natalie menggenggam tangan suaminya dan berbicara pelan, “Sepertinya putrimu telah menemukan pria yang mencintainya dengan tulus.”Winston mengangguk pelan tanpa melepaskan pandangannya pada Nita dan Tian. “Aku akan tetap mengawasi meski aku tahu tidak dapat bertindak langsung.”“Harus sayang, kita tidak tahu apa yang akan Edward lakukan pada Tian. Dan yang perlu kamu ingat kita tidak tahu siapa Tian sebenarnya.”“Hahh… Kamu benar, kejadiannya terlalu cepat sampa

Nita mendongakkan kepalanya, “Bagaimana aku bisa jauh darimu, jika kamu sudah mendekapku seperti ini?” ujarnya dengan kening berkerut.“Heheheh... Manisnya gadis barbarku...” goda Tian yang semakin erat memeluk Nita.“Ihh Tian!” dengus Nita sembari mencubit pinggang Tian dengan pelan.“Jangan galak-galak sayang.”“Tapi galak-galak gini yang buat kamu jatuh cinta kan?”“Ughh!”Nita memutar malas kedua bola mata indahnya, “Ya sudah!” tukasnya yang hendak melepaskan pelukan Tian pada dirinya.“Apanya yang sudah, hmm?”“Tahu ah, dari tadi iseng banget!” gerutu Nita yang entah kenapa menjadi kekanakan seperti ini.Tian tertawa kecil, “Iya iya sayang, maaf ya? Jangan cemberut gini lagi, hmm?”“Memangnya kenapa?”“Berbahaya!”Nita menaikkan satu alisnya menatap Tian, “Berbahaya?” beonya mengulangi apa yang di ucapkan Tian.“Heem berbahaya!”“Apanya yang berbahaya? Aku tidak memakanmu!” ceplos Nita asal.“Heem karena aku yang bisa memakanmu!” sahut Tian yang sudah merengkuh dagu Nita, ibu jar

“Hey berengsek!” Deg! Nita membelalakkan matanya saat mendengar suara yang begitu ia rindukan sampai ia menutup matanya semalam. “Tian?” gumamnya pelan. “Sedang apa dia pagi-pagi ke rumah? Dan… Holy shit!” umpatnya pelan mengingat ada Edward. Tanpa ragu ia segera membuka pintu kamarnya, Ceklek! “Ti—Ugh!” Tangannya dengan cepat di Tarik oleh Edward yang memang berada tepat di depan pintu membuat seruannya untuk memanggil Tian terputus. “Akhirnya kau keluar juga!” seringai Edward puas. “Lepaskan Edward!” Hardik Nita berusaha melepaskan jeratan tangan Edward. “Ayo ikut ak—” Brugh! Satu hantaman keras mendarat tepat di wajah Edward, membuat tubuhnya terjerembat ke lantai. Dengan cepat tangan Tian menggapai pinggang Nita yang hampir ikut terbawa oleh Edward. “Kamu baik-baik saja sayang?” tanya Tian dengan suara rendahnya. Nita yang menyaksikan adegan itu menjadi bingung bereaksi, semua terjadi begitu cepat. Namun, sorot manik indah Tian yang kini menatapnya