Setelah itu, dia melangkah keluar.Saat pergi, dia mendengar suara serak Mario memanggilnya, "Lily."Lily?Jadi, begitulah Mario memanggilnya.Yang satu panggil Lily.Yang satu panggil Lyra.Keakraban seperti itu tak pernah menjadi miliknya.Sama seperti orang itu, tak pernah menjadi miliknya."Lily...""Lily..."Cahaya lilin berwarna kuning yang hangat berkedip-kedip, dan Lyra perlahan membuka matanya, melihat wajah Mario yang tampak cemas dan lesu."Mario..." Dia menggerakkan bibirnya yang kering, dan air mata mengalir dari matanya yang cekung. "Mario, apa itu kau?""Ini aku, Lily. Ini aku." Mario berlutut di samping tempat tidur, menggenggam tangan wanita itu yang terbungkus kain putih. Matanya dipenuhi rasa iba, dan suaranya selembut anak kecil. "Apa sakit?"Air mata Lyra menetes di pelipisnya, dan senyum tipis tersungging di sudut bibirnya. "Nggak apa-apa. Ini nggak parah, mana mungkin sakit?"Tenggorokan Mario tercekat, sudut matanya panas karena rasa sakit yang tak tertahankan.
더 보기