Hati Kaisar tiba-tiba terasa sesak, seolah-olah setiap tetes air mata jatuh tepat di dadanya.Dia mengulurkan tangan, ingin menariknya bangun.Namun Lyra malah memeluk kakinya, menyembunyikan wajah di lututnya, menangis terisak. Tangisannya begitu sedih, pilu, dan putus asa, seperti hewan kecil yang tersesat di hutan belantara, terluka parah, namun tidak kunjung menemukan jalan pulang. Dia membencinya, menyalahkannya, selalu ingin melarikan diri darinya. Namun kini, dia berpegangan padanya sebagai satu-satunya jerami yang bisa diraih. Dia tahu jerami ini tidak bisa menyelamatkan hidupnya, hanya akan menyeretnya lebih dalam ke jurang, tapi selain jerami itu, tidak ada lagi yang bisa dia genggam. Dia terus menangis tanpa henti, seolah mencurahkan semua derita dan kepahitan selama dua puluh tahun hidupnya. Air matanya membasahi pakaian Kaisar, juga menyentuh hatinya. Dia pernah melihat Lyra menangis di hadapannya berkali-kali, namun belum pernah air matanya mengalir begitu tidak ter
더 보기