Kaisar Lin Yi melangkah maju. Lebih cepat, lebih mantap, lebih putus asa daripada langkah Chun Mei yang pelan dan goyah.Tanpa satu kata pun. Tanpa memberi ruang pada keraguan, dia langsung merengkuh tubuh perempuan itu, tangan kirinya melingkari pinggang yang mengecil karena sakit, tangan kanannya menahan tengkuk Chun Mei yang dingin dan rapuh. Dan dalam sekejap... dia menciumnya.Bukan ciuman lembut seorang pria bijak, bukan pula ciuman penguasa yang menundukkan dunia. Tapi ciuman seorang lelaki yang terikat pada satu nama, satu jiwa, satu perempuan, dan kehilangan segalanya kecuali rasa itu.Brutal, putus asa, seolah-olah itu adalah satu-satunya cara untuk memberitahu dunia… bahwa Chun Mei tidak boleh pergi.Tubuh perempuan itu kaku. Jemarinya sempat mengepal di sisi tubuhnya, menahan gemetar, menahan luka lama, menahan air mata. Tapi tubuh Kaisar Lin Yi tidak memberinya jarak untuk menolak. Nafas pria itu panas, terburu-buru, seakan menyalurkan sisa hidupnya lewat napas yang dipak
Last Updated : 2025-07-24 Read more