Mu Fei segera berdiri, menahan degup jantungnya yang melonjak. Senyumnya manis tapi sorot matanya sesekali menajam penuh kewaspadaan. Dia merapikan lengan gaun tipisnya. Lalu, berjalan anggun ke hadapan Kaisar yang duduk di kursi rendah berhias ukiran naga kecil. “Paduka… betapa mengejutkan, Anda datang pagi-pagi sekali,” ucapnya lembut, menunduk penuh hormat sebelum menatapnya dengan tatapan menggoda. Lin Yi hanya menanggapi dengan anggukan kecil, matanya tajam seperti menembus topeng Mu Fei. Namun senyumnya tipis, seakan hanya seorang kaisar yang datang untuk menenangkan selirnya. Mu Fei mengangkat teko porselen, menuangkan teh harum ke cawan emas. Tangannya yang ramping gemetar halus saat mendekatkan cawan itu ke hadapan Kaisar. “Silakan, Paduka. Ini teh mawar dari utara, saya menyiapkannya sendiri,” ucapnya dengan suara manja yang sengaja dibuat lembut. Kaisar menerima cawan itu, mengamatinya sejenak sebelum meneguk perlahan. Sepanjang waktu itu, Mu Fei berbicara ringa
Huling Na-update : 2025-07-04 Magbasa pa