Reyhan duduk terpaku di ruang kerja, map cokelat berisi dokumen itu tergeletak di meja. Tangan kirinya menggenggam erat kertas itu, seolah kalau dilepaskan maka semua kebenaran akan hilang. Sementara Ayara berdiri di dekat jendela, menatap langit malam yang mendung, hatinya penuh kecamuk.“Rey…” panggil Ayara pelan, takut-takut.Reyhan mendongak, sorot matanya tajam, namun juga dipenuhi luka. “Ayara, kamu sadar nggak? Kalau apa yang ada di dokumen ini benar, berarti Ayahku… orang yang selama ini aku anggap panutan, ternyata menghancurkan keluargamu.”Ayara menelan ludah, lalu mengangguk pelan. “Aku sadar. Dan aku tahu betapa sakitnya buat kamu menerima kenyataan ini.”Reyhan menghela napas panjang, suaranya bergetar. “Aku harus milih, Ayara. Antara darah dagingku sendiri… atau kebenaran.”---Ketegangan di Meja MakanKeesokan paginya, Reyhan dan Ayara sarapan bersama keluarga besar. Suasana meja makan terasa canggung. Pak Surya—ayah Reyhan—duduk di kursi utama dengan wajah berwibawa,
Last Updated : 2025-08-22 Read more