Malam itu, apartemen mewah milik Revan terasa lebih sunyi dari biasanya. Hujan turun deras, memukul jendela kaca dengan irama menyedihkan, seolah ikut menangisi luka yang kembali terbuka. Revan duduk di sofa, mengenakan kemeja yang belum sempat dilepas sejak pulang dari kantor. Di tangannya, segelas wine merah bergoyang perlahan. Pandangannya kosong, tertuju pada satu titik di dinding, namun pikirannya terbang jauh.Ponselnya tergeletak di meja, dengan layar yang masih menampilkan pesan dari Keysha:"Revan, aku harus bicara. Ada sesuatu tentang masa lalu yang belum kamu tahu."Revan belum menjawab. Ada rasa gentar dalam dirinya, takut kalau kata-kata berikutnya akan mengguncang segalanya. Hatinya belum benar-benar sembuh dari pengkhianatan masa lalu. Tapi wajah Keysha—yang mulai ia percayai, yang mulai membuatnya merasa damai—terus muncul di benaknya.Tiba-tiba bel apartemennya berbunyi.Deg.Revan tak langsung bergerak. Tapi ketika bel itu berbunyi lagi, kali ini lebih lama, ia bangk
Last Updated : 2025-08-07 Read more