All Chapters of MENGAJAR CINTA: Chapter 51 - Chapter 60

SELAMAT MEMBACA SEMUANYA...Bel pulang sekolah berbunyi, Ares keluar dengan wajah penuh keceriaan begitu mendengar suara Nita memanggilnya.“Mbaakkk!” serunya sambil berlari kecil menghampiri.“Wah, masih semangat banget nih kesayangan Mbak,” puji Nita sambil tersenyum melihat tingkahnya.“Hmm… yes, masih semangat, Mbak. Ayo kita pulang,” ajak Ares sambil menggenggam tangan Nita erat-erat.“Kotak bekal Ares lengkap kan?” tanyanya setelah selesai mengambil bekalnya dari meja.“Ini,” ucap Ares sambil mengangkat tas kotak bekalnya.“Pintar.” Nita tersenyum bangga. “Ayo, kita pulang. Om Panji sudah nunggu di sana,” ujarnya sambil menunjuk ke arah gerbang, lalu menuntun Ares berjalan pelan.Setelah masuk ke mobil, seperti biasa Ares duduk di car seat-nya dengan wajah riang.“Seneng banget nih, Dek. Ada cerita apa hari ini?” tanya Nita yang sedari tadi memperhatikan wajah ceria Ares.“

SELAMAT MEMBACA SEMUANYA...Ares sudah kelelahan bertanya soal tujuan perjalanan mereka, dan akhirnya tertidur. Padahal, perjalanan baru memakan waktu sekitar dua puluh menit. Putra membelokkan mobilnya, memasuki area parkir tempat bimbel. Sesuai perkataannya pada Ares semalam, ia memang berniat membawanya ke tempat Dinda mengajar. Namun, parkiran bimbel itu masih tampak lengang—wajar saja, jam segini anak-anak SMP atau SMA belum ada kelas. Ia memarkirkan mobil dengan rapi, lalu menoleh sekilas ke arah Ares. Bocah kecil itu tertidur pulas, pantas saja ia diam sepanjang jalan. Dengan hati-hati, Putra turun dari mobil, menggendong Ares, dan berjalan masuk ke gedung bimbel. “Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu, Pak?” sapa Tari ramah, seperti biasa menyambut tamu. Putra mengangguk singkat. “Miss Dinda mana?” tanyanya langsung. Tari sempat mengernyit bingung—dalam hati ia bertanya-tanya, apakah pria ini saudara Dinda

SELAMAT MEMBACA SEMUANYA...Mobil Putra melaju pelan memasuki sebuah tempat wisata yang cukup ramai di hari Minggu ini. Hari yang memang pas untuk keluarga menikmati waktu bersama. “Kita sampai, Papa?” tanya Ares saat merasakan mobil yang dikendarai Putra mulai melambat. Masih fokus menyetir untuk mencari tempat parkir, Putra menjawab singkat, “Iya, Boy.” “Ye, ye, ye! Kita sampai pantai!” teriak Ares senang. “Bukan pantai, Boy, tapi taman,” koreksi Putra sambil tersenyum kecil. Ares langsung mengernyit dan setengah berdiri dari duduknya untuk memastikan sendiri. “Papa, katanya mau ke pantai, kok bukan?” protesnya dengan wajah merengut. Putra terkekeh pelan saat berhasil memarkirkan mobil. “Mana ada ke pantai siang bolong begini, Boy.” “Papa bohong, kalau gitu,” ucap Ares masih dengan wajah merengut. “Papa nggak bohong. Nanti sore kita ke pantainya. Sekarang kita ke taman dulu

SELAMAT MEMBACA SEMUANYA...Dekat, semakin dekat. Kedekatan Putra dan Dinda terasa makin erat karena Ares yang selalu minta jalan bersama. Ah, tidak… benarkah hanya karena Ares? Atau karena papanya juga… ups. Di ruangan ber-AC yang tenang itu, seseorang tengah duduk di kursi kebesarannya—atau lebih tepatnya, melamun. Pintu terbuka, seseorang masuk dan menghampirinya. Suara ketukan meja dan map yang diletakkan dengan keras langsung memecah lamunannya “Astaga…” Putra tersentak dari lamunannya. Ya, itu adalah ruang kerjanya di kantor. “Sialan,” lanjutnya setelah melihat siapa yang baru saja masuk. “Kurang ajar banget masuk-masuk ruangan bos tanpa permisi, bikin ribut pula,” tegurnya datar. Orang yang ditegur bukannya takut, malah memutar bola mata dengan malas. “Maaf, Pak. Saya sudah mengetuk pintu lebih dari tiga kali, tapi Bapak tidak merespons saya sama sekali,” ucapnya menjelaskan. “Jadi saya p

SELAMAT MEMBACA SEMUANYA...Sore itu datang perlahan, namun Ares belum juga dijemput. Ruang bimbel mulai sepi, hanya tersisa Dinda yang bersiap pulang. Di kursi depan mejanya, Ares duduk dengan wajah setengah bingung, masih terbawa dari tidurnya yang baru saja terputus.Dinda masih berusaha menelepon Putra, tetapi tetap saja nihil—tidak ada jawaban. Ia sempat terpikir untuk menelepon Nita, namun kata Ares, Nita sudah dua hari tidak masuk kerja karena pulang kampung. Ibunya harus menghadiri acara pernikahan salah satu sepupunya.Akhirnya Dinda menyerah dan mengalihkan pandangan pada Ares."Ares mau ikut Miss pulang ke rumah, nggak?" tanya Dinda lembut.Ares menegakkan kepala yang sedari tadi menunduk lesu. Senyumnya muncul perlahan."Mau, Miss. Yes mau ikut," jawabnya ceria, seiring kesadarannya yang mulai terkumpul setelah bangun tidur.Akhirnya Dinda membereskan barang-barangnya, lalu segera membantu Ares merapikan mili