All Chapters of Terdamparnya Sang Putri Duyung: Chapter 51 - Chapter 60

Enam bulan telah berlalu sejak peristiwa di Kuil Api Amrita. Langit malam di atas Jakarta kini dihiasi oleh konstelasi bintang baru yang memancarkan cahaya biru dan merah, sebuah pengingat abadi akan Naya Kirana dan pengorbanannya yang agung. Dunia telah kembali seimbang, lautan pulih, dan para putri duyung kini memiliki pilihan untuk mencintai di darat tanpa dihantui kutukan perpisahan. Bagi Arjuna Wiratama, Naya Kirana memang telah menjadi bagian dari alam semesta, sebuah kehadiran spiritual yang kini dapat ia rasakan dan ajak bicara melalui telepati, di setiap denyut ombak dan hembusan angin.Namun, di tengah kedamaian eksternal ini, kehidupan pribadi Arjuna masih diselimuti lapisan kesedihan yang samar. Meskipun ingatannya tentang Naya Kirana telah kembali sepenuhnya—termasuk mutiara yang kini bersinar konstan di tangannya—ketiadaan fisik Naya Kirana menciptakan lubang yang tak terisi. Ia seringkali merasa seperti menjalani dua kehidupan: satu yang nyata, di mana ia mengelola yaya

Penemuan Veda Pharma sebagai perusahaan fiktif dan adanya manipulasi medis terhadap Nyonya Suryani telah mengukuhkan kecurigaan Arjuna Wiratama. Perasaan marah dan khawatir bercampur aduk dalam dirinya. Ia tidak bisa membiarkan ibunya terus dimanipulasi, apalagi jika ada hubungan dengan kematian ayahnya. Bisikan Naya Kirana tentang "kekuatan kegelapan dari masa lalu" semakin menghantuinya.Arjuna segera memerintahkan Bagas Prasetya untuk mengatur pertemuan dengan Dr. Wijaya. Pertemuan itu dijadwalkan di sebuah kafe terpencil, jauh dari keramaian, untuk menjaga kerahasiaan. Arjuna ingin berhadapan langsung dengan dokter itu, tanpa ancaman atau kekerasan, hanya kebenaran.Di kafe, Dr. Wijaya datang dengan wajah tegang, seolah tahu apa yang akan terjadi. Ia mencoba bersikap tenang, tetapi keringat dingin di dahinya tidak bisa menipu. Arjuna menatapnya tajam, mutiara Naya Kirana di saku jasnya terasa panas."Dr. Wijaya," sapa Arjuna dingin, tanpa basa-basi. "Saya ingin tahu tentang kondis

Rekaman telepon dari flash drive ayahnya telah menghantam Arjuna Wiratama seperti badai. Kebenaran bahwa Nyonya Suryani hadir saat kematian ayahnya dan mungkin terlibat, serta ancaman Jagad Buana yang tak terduga, mengubah segalanya. Kemarahan, kesedihan, dan tekad membalas dendam kini berpadu dalam hatinya. Bisikan Naya Kirana yang menegaskan Jagad Buana sebagai ancaman lama yang bangkit, hanya memperkuat tekadnya."Kita harus menemukan Jagad Buana," kata Arjuna kepada Bagas Prasetya dan Kianjaya, suaranya dipenuhi amarah yang dingin. "Dia tidak hanya membunuh Ayah, dia juga memanipulasi Ibu. Kita harus membuatnya membayar."Kianjaya, dengan keahliannya, mulai melacak jejak digital Jagad Buana secara agresif. Ia mencari setiap data yang mungkin terlewat di masa lalu: aktivitas media sosial yang sangat tersembunyi, pembelian aset di bawah nama samaran, atau bahkan pola komunikasi yang sangat jarang. Bagas, di sisi lain, mulai menggunakan jaringan kontaknya untuk mencari informasi fisi

Informasi tentang artefak putri duyung yang diincar Jagad Buana telah meningkatkan taruhan misi Arjuna Wiratama dan timnya di Bali. Ini bukan lagi hanya tentang balas dendam atau keadilan, tetapi tentang melindungi warisan kuno dan mencegah kekuatan tak terhingga jatuh ke tangan yang salah. Bisikan Naya Kirana yang semakin mendesak, memperingatkan tentang bahaya artefak itu, memacu Arjuna untuk bertindak cepat."Kita harus masuk ke dalam," kata Arjuna kepada Bagas Prasetya dan Kianjaya di vila sewaan mereka. "Kita butuh informasi lebih detail tentang artefak itu dan bagaimana dia berencana menggunakannya. Pengintaian dari jauh tidak cukup."Rencana mereka adalah mencoba menyusup ke lingkaran luar Jagad Buana. Kianjaya, dengan kemampuannya, menemukan bahwa Jagad Buana sering mengadakan pesta eksklusif atau pertemuan bisnis di vilanya, mengundang orang-orang berpengaruh dari dunia gelap. Arjuna, dengan koneksi bisnisnya yang luas, bisa menyamar sebagai calon investor atau pembeli artefa

Undangan Jagad Buana untuk membahas Artefak Air Mata Abadi di ruang yang lebih pribadi adalah sebuah pertaruhan besar bagi Arjuna Wiratama dan Putri Arimbi. Mereka tahu ini adalah kesempatan untuk mendapatkan informasi vital, tetapi juga sebuah jebakan potensial. Dengan Naya Kirana yang berbisik peringatan dalam benaknya, Arjuna melangkah maju dengan hati-hati."Silakan, Tuan Wiratama, Nona Arimbi," kata Jagad Buana, memimpin mereka ke sebuah pintu tersembunyi di balik rak buku besar. Pintu itu terbuka, menampakkan koridor sempit yang remang-remang, diakhiri dengan sebuah ruangan kecil yang dihiasi lampu temaram dan beberapa artefak kuno lainnya. Atmosfernya terasa berat, seolah udara itu sendiri dipenuhi rahasia.Bagas Prasetya dan Kianjaya mengamati dari kejauhan. Kianjaya, melalui perangkat pendengarannya, mendengar percakapan yang semakin jauh, dan ia berusaha mengkalibrasi ulang sinyalnya. Bagas, dengan wajah tegang, tetap siaga di dekat pintu keluar, siap bertindak jika ada baha